Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Nilai Tukar Petani

Anggaran Besar Tak Menjamin Kehidupan Petani Lebih Sejahtera

Foto : ANTARA/PRASETIA FAUZANI

TANAM BAWANG MERAH I Petani menyiapkan lahan untuk ditanami bawang merah di Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Senin (3/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada April 2021 sebesar 102,93 atau turun 0,35 persen dari Maret 2021 yang mencapai 103,29.

A   A   A   Pengaturan Font

NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Anggaran Jumbo

Menanggapi kenaikan tersebut, Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah, menilai anggaran jumbo di sektor pertanian tidak mampu meningkatkan pendapatan petani. Padahal, dulunya dikira anggaran gemuk bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Faktanya, hingga kini nilai tukar petani (NTP) masih jauh dari angka ideal di poin 120 seperti yang pernah terjadi di tahun 2000-an

"Dulu kita pikir peningkatan anggaran di sektor pertanian dapat meningkatkan pendapatan petani, demikian dengan angka subsidi yang ditambah. Ternyata pada kenyataannya besarnya anggaran itu belum sepenuhnya mendongkrak pendapatan petani karena orientasi atau output-nya bukan di pendapatan, tetapi di produksi," kata Said.

Kondisi yang anomali tersebut juga bersinggungan langsung dengan aspek pasar dan pendapatan petani yang intervensinya masih terbatas. Hal lainnya, lanjut Said, harga input pertanian, walapun subsidi meningkat, ambil contoh pupuk, nyatanya petani masih mengeluarkan biaya yang cukup besar karena kelangkaan yang terus terjadi. "Belum lagi input lain seperti pesitisida yang terus menanjak yang juga didorong oleh kurang baiknya perilaku petani dalam penggunaan input pertanian sesuai aturan," katanya. n ers/E-9


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top