Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Pemanasan Global

Ancaman Perubahan Iklim Makin Buruk di Wilayah Amerika Serikat

Foto : ANGELA WEISS / AFP

PERUBAHAN IKLIM I Warga berjalan di pantai pada pagi yang berkabut di Atlantic City, New Jersey, beberapa waktu lalu. Efek perubahan iklim sudah menjadi “ekstensif dan semakin buruk” di seluruh wilayah AS.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK CITY - Efek perubahan iklim sudah menjadi "ekstensif dan semakin buruk" di seluruh wilayah di Amerika Serikat (AS). Hal ini memunculkan sejumlah risiko besar bagi hampir setiap aspek masyarakat.

Hal itu dilaporkan The New York Times, pada Selasa (8/11), mengutip sebuah draf laporan ilmiah yang diedarkan oleh pemerintah federal. "Draf Penilaian Iklim Nasional (National Climate Assessment), kontribusi utama pemerintah terhadap pengetahuan iklim, memberikan pandangan paling detail tentang konsekuensi pemanasan global bagi AS, baik di masa kini maupun di masa depan," ungkap Times.

Seperti dikutip dari Antara, laporan akhir itu tidak dijadwalkan untuk dipublikasikan hingga akhir 2023, tetapi 13 lembaga federal dan ratusan ilmuwan yang menyusun penilaian itu merilis sebuah draf setebal 1.695 halaman untuk komentar publik pada Senin (7/11), menurut surat kabar itu.

"Hal-hal yang paling dianggap penting oleh warga Amerika terancam," ungkap draf tersebut, yang masih dapat mengalami perubahan saat melewati proses peninjauan, seperti dikutip Times.

Masalah Jangka Panjang

Menurut draf laporan itu, fenomena ekstrem yang lebih intens dan perubahan iklim jangka panjang mempersulit upaya untuk mempertahankan rumah yang aman dan keluarga yang sehat, layanan publik yang dapat diandalkan, ekonomi yang berkelanjutan, ekosistem yang berkembang, dan komunitas yang kuat," papar draf laporan itu.

Sebelumnya, lembaga think-tank yang bergerak di bidang energi dan lingkungan Institute for Essential Services Reform (IESR) memandang fenomena krisis iklim mulai terlihat nyata di mana Indonesia yang seharusnya musim kemarau, tetapi hujan dan sebaliknya.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menuturkan fenomena krisis iklim terjadi juga di belahan bumi lain pada pertengahan tahun ini, seperti gelombang panas di India dan Pakistan, kemudian Eropa dan Amerika Serikat.

"Tapi juga waktu yang tidak terlalu lama Pakistan mengalami hujan deras yang menyebabkan sepertiga dari negara itu terendam banjir selama berminggu-minggu dan dampaknya sangat luar biasa," ujar Fabby dalam rilis laporan Climate Transparency Report 2022 yang dipantau di Jakarta.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top