Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ancaman Baru Bagi Warga RI! Mudah Lupa Disebut Jadi Gejala Long Covid, Apa Itu?

Foto : Kementerian PUPR.

Ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Dokter di Divisi Infeksi RSUP Persahabatan, Fathiyah Isbaniah, menyebut mudah lupa atau memory loss sebagai salah satu gejala yang dirasakan pasien long Covid.

Dalam webinar yang berlangsung pada Senin (18/7), Fathiyah menuturkan sejumlah gejala lain yang mungkin dialami penderita long Covid selain mudah lupa, yakni mengalami kelelahan, batuk, rambut rontok, hingga kehilangan indera perasa dan penciuman.

Long Covid sendiri diyakini terjadi akibat sindrom pernapasan akut yang berdampak pada organ lain selama terinfeksi Covid-19. Adapun Fathiyah menyebut gejala long Covid memang hampir mirip Covid, tapi umumnya berjalan tidak lama setelah hasil tes dinyatakan negatif. Ia menuturkan bahwa pasien akan mengalami long Covid selama 4-12 pekan.

"Perbedaan paling menonjol ada di hasil tesnya. Kalau pas tes negatif tapi masih ada gejala, berarti dia long Covid. Jadi lebih baik melakukan pemeriksaan. Jangan self diagnosed," kata dia.

Hal ini tentu perlu diperhatikan mengingat studi baru-baru ini mengungkap bahwa 66,5 persen pasien Covid-19 di Indonesia mengalami long Covid.

Studi bertajuk "Clinical Characteristics and Quality of Life of Persistent Symptoms of Covid-19 Syndrome in Indonesia" itu menemukan sekitar 256 pasien di antara 385 responden mengalami gejala berkepanjangan.

"Gejala long Covid ditemukan pada 256 subjek," tulis para peneliti.

Studi yang dilakukan oleh sejumlah ahli dari RSUP Persahabatan, Jakarta, itu menunjukkan sebagian besar pasien atau 54,3 persen mengalami long Covid selama 14 hari hingga satu bulan. Sebanyak 43 persen lainnya mengalami gejala berkepanjangan selama 1 sampai 6 bulan. Sementara 2,7 persen sisanya mengalami long Covid hingga lebih dari enam bulan.

Studi itu juga memperlihatkan bahwa risiko long Covid secara signifikan ditemukan lebih tinggi pada pasien yang berusia lebih tua serta memiliki komorbid seperti asma, diabetes, dan hipertensi.

"Risiko long Covid secara signifikan lebih tinggi pada subjek dengan usia yang lebih tua, memiliki komorbid, mengalami pneumonia, serta mereka yang membutuhkan terapi oksigen," lanjut para peneliti.

Adapun salah satu faktor yang paling berpengaruh memicu long Covid, yakni pneumonia atau peradangan paru-paru akibat infeksi. Studi menemukan sebanyak 81,5 persen pasien yang mengalami pneumonia mengalami long Covid.

Tak hanya ktu, ditemukan juga beberapa gejala yang terjadi pada long Covid, yakni demam (1,9 persen), kelelahan (29,4 persen), batuk (15,5 persen), nyeri otot (11,7 persen), dispnea (11,2 persen), sakit kepala (11 persen).


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top