Analis Ini Sebut Rupiah Sulit Lebih Menguat Lagi, Ternyata Ini Salah Satu Pemicunya
Petugas menghitung uang pecahan rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (11/10/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal LinggaJAKARTA - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah sulit menguat lagi dibanding mata uang Asia lainnya karena penurunan suku bunga acuan atau BI-Rate.
"Rupiah sulit menguat lebih tinggi lagi dibanding mata uang Asia lainnya karena penurunan bunga acuan BI kemarin," ujarnya di Jakarta, Jumat (17/1).
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Januari 2025 pada Selasa (14/1/2025) dan Rabu (15/1/2025) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi berada di level 5,75 persen.
Suku bunga deposit facility turun 25 bps menjadi di level 5 persen. Suku bunga lending facility juga diputuskan untuk turun 25 bps menjadi di level 6,5 persen.
"Risiko ketidakpastian global masih belum mereda baik di pasar keuangan maupun geopolitik, sehingga pelaku pasar butuh suku bunga yang lebih tinggi yang lebih lama," ungkap Rully.
Di sisi lain, indeks dollar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan menjadi 108,6 dan yield obligasi AS turun jadi 4,61 persen.
Federal Reserve (The Fed) juga memberikan pernyataan dovish yang berefek terhadap kurs rupiah.
"The Fed tidak menghilangkan peluang penurunan suku bunga di paruh pertama tahun ini, bahkan di meeting Maret jika inflasi terus membaik," kata dia.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan perdagangan hari ini melemah 4 poin atau 0,02 persen menjadi Rp16.380 per dollar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.376 per dollar AS.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat justru menguat ke level Rp16.373 per dollar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.378 per dollar AS.