Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

Amnesty: Tahanan Anak di Iran Jadi Sasaran Cambuk, Setrum, dan Kekerasan Seksual

Foto : CNN/Shutterstock

Bendera Iran.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Otoritas Iran dituding telah menggunakan metode penyiksaan termasuk kekerasan seksual terhadap anak yang dipenjara sebagai bagian dari tindakan keras terhadap aksi protes baru-baru ini.

"Pasukan intelijen dan keamanan Iran telah melakukan tindakan penyiksaan yang mengerikan, termasuk pemukulan, pencambukan, disetrum, pemerkosaan, dan kekerasan seksual lainnya terhadap pengunjuk rasa anak-anak berusia 12 tahun untuk menghentikan keterlibatan mereka dalam protes nasional," kata Amnesty International, Kamis (16/3), seperti dikutip CNN.

Sebuah laporan yang dikeluarkan kelompok hak asasi manusia (HAM) Amnesty International mengungkap "metode penyiksaan yang digunakan Garda Revolusi, paramiliter Basij, Polisi Keamanan Publik, serta pasukan keamanan dan intelijen lainnya terhadap anak laki-laki dan perempuan dalam tahanan untuk menghukum dan mempermalukan mereka dan untuk mendapatkan 'pengakuan paksa'."

Diana Eltahawy, Wakil Direktur Regional Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, mengatakan, "kekerasan terhadap anak-anak Iran memperlihatkan strategi yang disengaja untuk menghancurkan semangat pemuda negara itu dan menghentikan mereka dari menuntut kebebasan dan hak asasi manusia."

"Amnesty memperoleh kesaksian dari para korban dan keluarga mereka, serta kesaksian lebih lanjut tentang tindakan penyiksaan yang meluas terhadap sejumlah anak dari 19 saksi mata, termasuk dua pengacara dan 17 tahanan dewasa yang ditahan bersama anak-anak," kata kelompok HAM itu.

Aksi protes pertama kali dipicu oleh kematian Mahsa Amini, wanita Iran berusia 22 tahun yang meninggal pada 16 September 2022 setelah ditahan polisi moral negara.

Menurut Amnesty, Iran mengakui telah menahan lebih dari 22.000 orang selama aksi protes. Tetapi belum menyebutkan berapa jumlah anak-anak yang ditahan.Kelompok tersebut memperkirakan ribuan anak.

Amnesty juga mengatakan, "Agen negara menggunakan tindakan pemerkosaan dan kekerasan seksual lainnya, termasuk menyetrum alat kelamin, menyentuh alat kelamin, dan ancaman pemerkosaan sebagai senjata terhadap tahanan anak untuk mematahkan semangat mereka, mempermalukan dan menghukum mereka, dan/atau mengekstrak 'pengakuan'."

"Metode penyiksaan lain yang diceritakan termasuk mencambuk, menyetrum dengan menggunakan senjata kejut listrik, memberi pil tak dikenal secara paksa, dan menahan kepala anak-anak di bawah air," tambah laporan Amnesti itu.

Amnesty meminta Iran untuk membebaskan anak-anak yang ditahan karena memprotes secara damai, dan mendesak negara-negara lain untuk "menjalankan yurisdiksi universal atas pejabat Iran, termasuk mereka yang memiliki tanggung jawab komando atau atasan yang diduga bertanggung jawab atas kejahatan berdasarkan hukum internasional, termasuk penyiksaan pengunjuk rasa anak-anak."

Pemerintah Iran belum memberi komentar saat dihubungi CNN. Pemerintah Iran juga belum mengomentari laporan Amnesty Internastional tersebut secara terbuka.

Pada Februari lalu, CNN mengungkapkan adanya jaringan luas penjara klandestin ilegal atau penjara rahasia (black sites) di Iran.

Metode penindasan dan penyiksaan yang dilakukan dalam jaringan bayangan ini bahkan tampaknya lebih mengerikan daripada perlakuan kasar biasa yang diterima pengunjuk rasa yang ditangkap di tempat penahanan resmi.

CNN telah menghubungi pemerintah Iran untuk mengomentari tuduhan penyiksaan dan pelecehan di lokasi tidak resmi ini, tetapi belum mendapat tanggapan.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Lili Lestari

Komentar

Komentar
()

Top