Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Indonesia Mosaic

Alunan Lembut Gamelan Hangatkan Kota Oxford

Foto : dok. KBRI London
A   A   A   Pengaturan Font

Di tengah suhu Kota Oxford, Inggris yang cukup dingin, penampilan Gamelan Degung Sekar Engal pimpinan Simon Cook dengan sinden Sicilia membawakan tembang Teupang Asih sebagai pembuka acara pagelaran seni budaya Indonesia Mosaic berhasil menghangatkan suasana pada Sabtu (27/4).

Pagelaran seni budaya Indonesia Mosaic diadakan KBRI London bekerjasama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Oxford dibuka Dubes Indonesia untuk Kerajaan Inggris merangkap Irlandia dan International Maritime Organization (IMO), Rizal Sukma bersama Lord Mayor of Oxford, Councillor Colin Cook, ditandai pemukulan Gong sebanyak tiga kali.

Dalam sambutannya Dubes Rizal yang hadir bersama Hana A Satriyo, menyatakan rasa bangga dan mengucapkan terima kasih kepada PPI Oxford serta masyarakat Indonesia yang tinggal di Oxford atas kerjasamanya dalam penyelenggaraan acara Mosaic merupakan ajang promosi seni dan budaya Indonesia kepada publik Inggris di Kota Oxford.

Secara khusus, Dubes Rizal menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Lord Mayor of Oxford, Councillor Colin Cook atas kehadirannya.

Sebaliknya, Councillor Colin Cook, menyatakan kebahagiaannya dapat hadir pada acara Mosaic memberikan ruang pada publik Inggris untuk lebih mengenal seni dan budaya Indonesia.

Cook yakin kegiatan Mosaic dapat lebih mempererat hubungan people-to-people antara Indonesia dan Inggris khususnya sebagai bagian dari penguatan hubungan bilateral kedua negara yang telah terjalin selama 70 tahun.

Edward, warga Oxford yang berada di tengah-tengah penonton menyatakan baru pertama kali mendengar suara musik gamelan yang menurutnya sangat lembut dan menimbulkan perasaan damai. Rasa penasarannya terpenuhi pada saat ia dan beberapa lainnya berpartisipasi pada kegiatan gamelan workshop digelar setelah penampilan beberapa tembang Sunda lainnya.

Penampilan grup London Angklung Ensemble pimpinan Hana A Satriyo secara khusus dihadirkan dari London, menambah semarak pagelaran seni dan budaya Mosaic.

Beberapa lagu yang begitu akrab di telinga publik Inggris seperti Yesterday dan Obladi Oblada dipopulerkan The Beatles, dibawakan anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) London dan masyarakat Indonesia di London.

Ketua PPI Oxford, Metri Anissa, menyampaikan terima kasih atas dukungan KBRI London dalam penyelenggaraan acara Mosaic yang melibatkan komunitas Indonesia yang tinggal di Kota Oxford.

Acara Mosaic tahun ini dirasakan sangat istimewa dengan adanya penampilan angklung ibu-ibu dari London dan silat oleh Prof Philip Davies dan rekannya dari Federation of Pencak Silat UK.

Di samping pagelaran seni dan budaya, pengunjung juga dapat menikmati sajian kuliner khas Indonesia seperti rendang, sate, bakso, es teler, dan kuliner lainnya.

Minister Counselor KBRI London, Thomas Siregar, mengatakan acara Mosaic yang digelar dari pukul 11.00 pagi hingga pukul 17.00 waktu setempat, merupakan pagelaran seni dan budaya yang kedua kalinya setelah sukses tahun lalu. pur/R-1

Bawa ke Sekolah-sekolah Inggris

Lewat program Gamelan Goes to School, pemain dan guru gamelan Aris Daryono mengenalkan alat musik tradisional Indonesia itu kepada murid-murid sekolah di Inggris.

Menurut Aris, yang menetap di London sejak 1999, program itu juga menjangkau murid Marlow Church of England Infant School yang berada di Marlow, daerah di Buckinghamshire yang indah dan dihuni kalangan menengah ke atas, termasuk selebritas.

Ia mengatakan program pengenalan gamelan dan budaya Indonesia di sekolah-sekolah umumnya mendapat sambutan positif dari murid maupun orangtua murid. Jumlah sekolah yang mengikuti program gamelan dan wayang makin banyak.

Dalam setiap proyek, lanjutnya, yang berlangsung lima hari penuh disampaikan materi pengenalan tentang Indonesia melalui alat peraga, belajar gamelan, membuat wayang, permainan, dan membuat cerita berdasarkan cerita rakyat Indonesia, serta pementasan hasil proyek di sekolah dengan kehadiran orangtua.

Penyampaian yang menarik disertai alat peraga, menurut dia, membuat para siswa antusias mengenal fakta menarik tentang Indonesia, semisal letak negara, jumlah pulau, gunung berapi, penduduk, suku dan bahasa, serta flora dan fauna unik di setiap kepulauan.

"Sesi bermain gamelan tidak kalah serunya. Mereka sangat antusias menyanyikan lagu gamelan dan memainkan alat dengan tidak lupa mencopot sepatu dan tidak melompati gamelan yang menjadi adat bermain gamelan," tambahnya.

Dalam program pengenalan budaya Indonesia itu, para pelajar juga diajak menggunting kertas dan menghiasi wayang dengan karakter hewan yang dipelajari sebelumnya seperti harimau Sumatera, orangutan, cendrawasih, kancil dan komodo.

Aris mengatakan semenjak awal pelaksanaan proyek pada 2012, dia selalu mendapat kesan positif baik dari siswa, guru maupun orangtua murid. Bahkan sebagian siswa menyebut program belajar tentang budaya Indonesia sebagai proyek terbaik. pur/R-1

Sebagai Simbol Multilateralisme

Lokakarya gamelan berjudul The Gamelan: A Collaborative Musical Workshop diselenggarakan Perwakilan Tetap RI (PTRI) Jenewa di Perpustakaan Kantor PBB di Jenewa, pekan lalu, untuk menunjukkan semangat kerja sama multilateral.

"Gamelan bukan hanya merupakan bentuk seni tradisional, namun secara lebih mendasar lagi, mencerminkan filosofi bangsa Indonesia yang terkait dengan semangat perdamaian, harmoni, dan toleransi dalam persatuan," kata Wakil Tetap RI di Jenewa Hasan Kleib.

Lokakarya gamelan ini diselenggarakan atas kerja sama antara PTRI Jenewa dengan Perpustakaan Kantor PBB di Jenewa, sekolah musik Un, Deux, Trois, Musiques di Sion, serta Université de Genève dan Haute École de Musique de Genève di Jenewa.

Lebih lanjut, Dubes Hasan menyampaikan makna kerja sama dan harmoni yang dihasilkan dalam musik gamelan juga mencerminkan semangat kerja sama multilateralisme yang Indonesia majukan di forum PBB dan organisasi Internasional lainnya. Hasan menegaskan para pemain gamelan harus saling mendengarkan dan bertoleransi untuk menciptakan suatu harmoni yang diharapkan.

Direktur Perpustakaan Kantor PBB di Jenewa Francesco Pisano, dalam kata pembukaannya menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kerja sama dengan PTRI Jenewa dan menegaskan bahwa lokakarya gamelan ini merupakan kolaborasi pertama program Knowledge and Learning Commons Perpustakaan Kantor PBB di Jenewa dengan Perutusan Tetap asing untuk PBB di Jenewa, Swiss. Sekitar 70 peserta, yang terdiri dari staf Kantor PBB, pejabat diplomatik, serta para murid sekolah musik di Jenewa, menghadiri lokakarya gamelan.

Lokakarya berlangsung selama tiga jam dan terbagi atas dua sesi di mana 30 peserta berkesempatan untuk memainkan gamelan secara langsung. Peserta juga berkesempatan mencicipi kudapan khas Indonesia seperti klepon, arem-arem, dan risoles. pur/R-1

Komentar

Komentar
()

Top