Aktivitas Fisik Perlambat Penurunan Kognitif
Foto: AIZAR RALDES/AFPBeberapa perubahan dalam pemikiran, umum terjadi seiring bertambahnya usia. Misalnya, orang dewasa yang lebih tua mungkin, lebih lambat menemukan kata dan mengingat nama. Mereka juga mengalami masalah dengan melakukan banyak tugas secara bersamaan, dan terjadi sedikit penurunan dalam kemampuan untuk memperhatikan.
Seiring bertambahnya usia seseorang, perubahan terjadi di semua bagian tubuh, termasuk otak. Bagian otak tertentu menyusut, termasuk bagian yang penting untuk pembelajaran dan aktivitas mental kompleks lainnya. Di daerah otak tertentu, komunikasi antara neuron mungkin kurang efektif.
Perubahan di otak ini dapat mempengaruhi fungsi mental, bahkan pada orang dewasa yang lebih tua yang sehat. Misalnya, beberapa orang dewasa yang lebih tua mungkin merasa bahwa mereka tidak sebaik individu yang lebih muda dalam tes memori atau pembelajaran yang kompleks.
Namun, jika diberi cukup waktu untuk mempelajari tugas baru, mereka biasanya melakukannya dengan baik. Kebutuhan akan waktu tambahan adalah hal yang normal seiring bertambahnya usia. Ada bukti yang berkembang bahwa otak mempertahankan kemampuan untuk berubah dan beradaptasi sehingga orang dapat mengelola tantangan dan tugas baru seiring bertambahnya usia.
Laman National Institute of Aging (NIA) menyebutkan, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua memiliki kosa kata yang lebih banyak dan pengetahuan yang lebih besar tentang kedalaman makna kata-kata daripada orang dewasa yang lebih muda karena mereka belajar dari pengetahuan dan pengalaman mereka yang terkumpul selama bertahun-tahun.
Meskipun ada perubahan dalam kognisi yang mungkin terjadi seiring bertambahnya usia, orang dewasa yang lebih tua masih dapat melakukan banyak hal yang mereka nikmati sepanjang hidup mereka. “Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua masih dapat mempelajari keterampilan baru, membentuk ingatan baru, meningkatkan kosakata dan keterampilan bahasa,” ungkap NIA.
Beberapa orang berusia 80-an, 90-an, dan seterusnya menentang anggapan umum bahwa penurunan kognitif berjalan seiring dengan penuaan. Orang-orang ini, yang disebut lansia superkognitif, memiliki kinerja memori yang sebanding dengan orang yang 20 hingga 30 tahun lebih muda.
NIA menyatakan mendukung penelitian untuk mempelajari lansia superkognitif, termasuk studi Resilience and Resistance to Alzheimer’s Disease in Centenarians and Offspring di Boston University Medical Campus dan Study to Uncover Pathways to Exceptional Cognitive Resilience in Aging di Northwestern University.
“Penelitian yang sedang berlangsung untuk memahami apa yang membedakan orang-orang ini untuk membantu orang lain mencegah (atau bahkan membalikkan) penurunan kognitif terkait usia,” kata NIA.
Misalnya, sebuah studi yang didanai NIA terhadap hampir 3.000 orang dewasa yang lebih tua menunjukkan bahwa faktor gaya hidup sehat seperti aktivitas fisik, tidak merokok, tidak minum alkohol secara berlebihan, mengikuti diet ala Mediterania, dan terlibat dalam aktivitas yang merangsang mental dapat memberi manfaat penting.
Orang yang terlibat dalam empat atau lima perilaku tersebut memiliki risiko 60 persen lebih rendah untuk terkena Alzheimer dibandingkan dengan mereka yang hanya mengikuti satu atau tidak sama sekali. Orang yang mengikuti dua atau tiga aktivitas memiliki risiko 37 persen lebih rendah. hay/I-1
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 4 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
- 5 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung