Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Aksi Heroik Bayu Mencegat Teroris di Gereja Santa Maria Tak Bercela

Foto : koran jakarta /selocahyo basuki

Dijaga Ketat - Sejumlah aparat Brimob Polda Jatim melakukan penjagaan pasca serangan bom bunuh diri di Gereja Saat Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya, Baratajaya, Gubeng Surabaya, Minggu (13/5).

A   A   A   Pengaturan Font

Pagi itu menjadi hari terakhir bagi Vincencius Evan, 11 tahun, melakukan ibadah misa Minggu bersama keluarga di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya, di kawasan Baratajaya, Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur,

Siswa kelas 6 SD yang baru saja menyelesaikan ujian nasional itu merupakan satu dari 14 korban tewas, dalam peristiwa pengeboman tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5).

Tempat ibadah umat Katolik yang berdiri sejak 1958 itu merupakan lokasi serangan dengan jumlah korban tewas terbanyak, delapan orang. Korban tewas lainnya adalah tiga orang di Gereja Pantekosta Jalan Arjuno, dan tiga orang di Gereja GKI Jalan Diponegoro.

Evan tidak sendiri, karena ibunya, Evelin, dan sang adik, Nathanael, juga turut menjadi korban luka dan menjalani perawatan intensif di RS Bedah Surabaya, di Jalan Manyar.

"Mereka dirawat satu ruangan dengan ayah saya yang kena pecahan kaca di kepala. Saya sempat menyaksikan dokter berjuang menyelamatkan Evan, tapi tidak lama kemudian menyerah.

Ibunya menangis saat jenazah sang anak dibawa keluar ruangan, dan perawat berusaha menenangkannya," kata Andre, warga Satelit Sukomanunggal, yang tengah menunggu ayahnya, Tedy Jamanto, di RS Bedah Surabaya.

Selanjutnya, jenazah Evan bersama korban tewas lainnya dari berbagai rumah sakit, di bawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim, untuk keperluan identifikasi. Tempat tinggal Evan di Jalan Barata Jaya XXI Nomor 26, tampak sepi dan tertutup rapat.

Sementara itu, setelah dirawat intensif di ICU Rumah Sakit Bedah Surabaya, adik Vincensius Evan, Nathanael, 8 tahun, meninggal dunia. Nathanael sempat diamputasi karena kondisi kakinya yang terluka parah.

Nathan meninggal pukul 20.00 WIB. Andre menambahkan, ayah dan ibunya setiap minggu berjualan kue basah di halaman samping gereja, bersama jemaat lain yang berusaha mencari penghasilan tambahan.

"Papa terhindar dari ledakan pertama karena terlindung pilar, tapi ledakan kedua membuatnya terlempar jatuh, lalu kena pecahan kaca. Sebentar lagi dioperasi," tutur Andre.

Memukul Satpam

Lain lagi dengan warga Ngagel Timur, Sari Ardianti, yang datang bersama keluarga. Ibu rumah tangga itu mengatakan, dia bersama suami dan kedua anaknya datang ke gereja untuk ikut misa gelombang kedua, pukul 7.30 WIB.

Sari menjelaskan, ledakan terjadi saat jemaat misa pertama hendak pulang, dan jemaat misa kedua baru datang. "Kami mulai masuk ke dalam, sementara jemaat lain banyak yang berada di depan menunggu jemputan, sambil beli jajan.

Saat terjadi ledakan, plafon gereja sampai runtuh dan pecahan kaca berhamburan," tutur Sari. Sari dan suaminya, Markus, langsung membawa kedua anaknya yang masih kecil pulang, dan kembali lagi ke gereja untuk mengambil kendaraan mereka yang terjebak.

Sari mengatakan, satpam sempat curiga saat dua orang pelaku bom masuk ke halaman gereja menggunakan sepeda motor, namun tidak mengarah ke tempat parkir.

Selanjutnya, salah satu pelaku memukul satpam, dan sisanya dihadang oleh koordinator relawan keamanan gereja, Aloysius Bayu Rendra Wardhana.

Jumlah korban bisa saja bertambah banyak, bila kedatangan dua pria pelaku serangan itu tidak diketahui. "Setelah mencegat, pelaku ketakutan kemudian lari.

Bayu mengejarnya menambah jarak bom yang meledak dengan kerumunan. Saat itu banyak jemaat yang menunggu jemputan Grab, dan keluarga, sambil beli jajan.

Mungkin kalau tidak dikejar Bayu, bisa tambah banyak korbannya," kata Sari yang juga teman Bayu semasa SMA, di halaman Gereja Santa Maria Tak Bercela, Surabaya, Minggu (13/5).

Aksi heroik Bayu yang mengorbankan diri demi menahan ledakan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela itu membuat netizen terharu. Semua mendoakan agar Bayu diterima di surga sebagai balasan karena telah mencegah lebih banyak korban berguguran.

Pihak kepolisian mengidentifikasi pelaku aksi terorisme di Surabaya itu adalah satu keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan empat orang anak (dua laki-laki, dua perempuan).

Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno diduga diledakkan oleh Dita Prianto (ayah), menggunakan mobil Avanza.

Sebelum ke Gereja Pantekosta, Dita Prianto terlebih dahulu menurunkan istrinya bernama Puji Kuswati beserta dua anak perempuan bernama Fadila Sari (12) dan Pamela Riskita (9), di dekat GKI Jalan Diponegoro.

Sedangkan pelaku bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela adalah dua orang laki-laki yang diduga juga anak Dita Prianto, yakni Yusuf Fadil, 18 tahun, dan Firman Halim, 16 tahun.

Hingga saat ini, Sari belum tahu bagaimana nasib Bayu. Berbagai informasi menjelaskan, setelah dihadang, motor teroris tersebut meledak dan mengenai tubuh Bayu. Bayu akhirnya meninggal di tempat. Bayu meninggalkan satu orang anak dan istri. selocahyo/P-4


Redaktur : Khairil Huda

Komentar

Komentar
()

Top