Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
PREDIKSI RUPIAH

Akibat Faktor Internal

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pelemahan terhadap rupiah diperkirakan masih berlangsung seiring dengan masih tingginya permintaan dollar AS di dalam negeri, terlebih pada triwulan II tahun ini. Padahal, dollar AS saat ini tengah tertekan akibat beberapa faktor, termasuk dampak perbaikan ekonomi di Eropa.

Kurs dollar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (30/4) waktu New York, Amerika Serikat (AS) atau Rabu (1/5) pagi WIB, karena euro naik didorong oleh pertumbuhan ekonomi kawasan yang lebih kuat dari perkiraan untuk kuartal pertama.

Menurut perkiraan awal yang diterbitkan oleh kantor statistik Uni Eropa, Eurostat, Selasa (30/4), PDB yang disesuaikan secara musiman naik 0,4 persen di kawasan euro selama triwulan pertama 2019, tumbuh dari 0,2 persen pada triwulan keempat 2018.

Dibandingkan dengan triwulan sama tahun sebelumnya, PDB yang disesuaikan secara musiman naik 1,2 persen di kawasan euro pada triwulan pertama 2019, kenaikan yang sama seperti pada triwulan terakhir 2018 secara tahun ke tahun. Wilayah euro mencakup 19 negara Eropa, yaitu, Belgia, Jerman, Estonia, Irlandia, Yunani, Spanyol, Prancis, Italia, Siprus, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Malta, Belanda, Austria, Portugal, Slovenia, Slovakia dan Finlandia, menurut Eurostat.

Indeks dollar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,39 persen menjadi 97,4790 pada akhir perdagangan. Sementar itu, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (30/4) sore, melemah 49 poin atau 0,34 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.257 rupiah per dollar AS.

"Memang sepertinya demand dollar masih cukup tinggi. Secara musiman, pada Q2 selalu tinggi karena ada pembayaran bunga utang luar negeri dan juga pembayaran dividen," kata analis PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rully Arya Wisnubroto di Jakarta.

Analis Monex Investindo Futures Dini Nurhadi Yasyi mengatakan, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh pelaku pasar yang mengantisipasi hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Kamis (2/5) dini hari.

"Terkoreksinya harga minyak dunia juga ternyata belum mampu topang nilai tukar rupiah," ujar Dini. Sebelumnya, tingginya harga minyak menjadi sentimen negatif bagi rupiah karena bisa mengancam neraca transaksi berjalan. Namun, dalam dua hari terakhir harga minyak cenderung terkoreksi tapi belum mampu menopang rupiah.

Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top