Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebutuhan Primer I Terjadi Pergeseran Konsumsi ke Kemasan dan Isi Ulang

Air Minum Jakarta Dipasok dari Luar Daerah

Foto : Istimewa

Direktur Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti

A   A   A   Pengaturan Font

Layanan air melalui perpipaan baru 64 persen. Sisanya mencari sendiri dari sumber lain seperti sumur dan sungai.

JAKARTA - Kebijakan guna meningkatkan akses air layak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 100 persen masyarakat wilayah DKI Jakarta dinilai sangat sulit karena sekitar 94 persen akses air bersih melalui perpipaan yang dilayani PAM Jaya saat ini dipasok dari luar daerah. Demikian Direktur Perumahan dan Permukiman Kementerian PPN/Bappenas, Tri Dewi Virgiyanti, Kamis (9/6).
Dia mengatakan ini dalam webinar "Kapan Sumber Air Bersih Jakarta Dapat Diandalkan?" Menurutnya, air bersih PAM Jaya bersumber dari 13 sungai Jakarta hanya enam persen dari akses air bersih yang dilayani PAM Jaya saat ini. Padahal, kata Tri , untuk mencapai salah tujuan "Sustainable Development Goals" (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi akses air layak harus ditingkatkan menjadi air aman.
Tri menjelaskan, berhasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2021, akses air layak Indonesia sudah mencapai 91,20 persen, tapi akses air aman baru 12 persen. "Air layak adalah air bersih yang sumbernya layak dan sudah di-treatment satu kali. Sedangkan air aman adalah air layak yang sudah setara dengan air minum," katanya.
Menurut Tri Dewi, air sungai Jakarta sulit ditingkatkan volumenya untuk akses air bersih perpipaan karena tidak layak sebagai sumber air baku. Rata-rata tercemar ringan hingga sedang. "Ke depan, PAM Jaya akan terus membutuhkan sumber air baku dari luar daerah," katanya.
Sumber air baku untuk layanan air bersih PAM Jaya saat ini terutama dari Waduk Jatiluhur di Purwakarta serta dari Tangerang. Tri juga menyebutkan, ada kecenderungan di kota-kota besar terjadi pergeseran pola konsumsi air minum. Warga lebih memilih ke air isi ulang dan kemasan. "Tapi dari hasil studi, kualitas isi ulang masih lebih rendah dari air bersih perpipaan. Sedangkan air kemasan kualitasnya baik, tapi harganya tidak ekonomis untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
64 Persen
Sementara itu, Direktur Pelayanan PAM Jaya, Syahrul Hasan, menambahkan, PAM Jaya saat ini melayani akses air bersih melalui perpipaan untuk masyarakat DKI Jakarta sekitar 64 persen. Sedangkan 36 persen lainnya, mendapat akses air dari sumber lain seperti sumur dan sungai.
Syahrul menjelaskan, persoalan yang dihadapi PAM Jaya untuk meningkatkan layanan akses air bersih terutama masih kurangnya sumber air baku. "Sumber-sumber air baku Jakarta seperti sungai, danau maupun embung, tidak bisa memenuhi pasokan untuk 36 persen warga yang belum terlayani. Sebab belum memenuhi syarat," katanya.
Dia menjelaskan, untuk memenuhi target pelayanan 100 persen tahun 2030, tidak bisa dilakukan sendiri oleh PAM Jaya. Tapi harus ada kerja sama serta bantuan dari para pihak terkait mulai dari pemerintah pusat, pemda, dan swasta. Menurut Syahrul, saat ini PAM Jaya melayani akses air bersih melalui perpipaan kepada masyarakat sekitar 64 persen. Sedangkan 36 persen lainnya belum terlayani.
Sementara itu, mantan Direktur Utama PAM Jaya, Erlan Hidayat, dalam forum yang sama mengatakan, target melayani 99 persen kebutuhan akses air bersih warga DKI Jakarta pada 2030, bisa saja dipenuhi. Hanya ada catatan di mana PAM Jaya harus bekerja keras memaksimalkan semua potensi.
"Semua proyek-proyek water treatment plant dikerjakan bersama pembangunan jaringannya," katanya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top