Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Senin, 06 Jan 2025, 14:00 WIB

AI Dongkrak Efisiensi Pekerja, Tapi Tak akan Menggeser Manusia

Ilustrasi

Foto: Tea and Coffee

Marcel Lukas, University of St Andrews

Dua CEO perusahaan teknologi terkemuka memicu perdebatan tentang dampak kecerdasan buatan (AI) dalam dunia kerja. CEO Klarna, Sebastian Siemiatkowski, mengumumkan perusahaan layanan buy-now, pay-later-nya telah berhenti merekrut karyawan setahun terakhir, dengan klaim bahwa AI dapat melakukan sebagian besar pekerjaan manusia. Sementara itu, CEO Nvidia, Jensen Huang, berpendapat bahwa pekerja tidak akan kehilangan pekerjaan mereka karena AI, tetapi mereka mungkin akan kehilangan pekerjaan kepada orang lain yang menggunakan AI.

Dua argumen yang berlawanan ini menggambarkan ketegangan yang terjadi saat ini mengenai bagaimana AI generatif dengan cepat mengubah tempat kerja. Namun, penelitian menunjukkan adanya realita yang lebih kompleks dibandingkan sekadar membuat AI melakukan semua kerjaan atau sekadar augmentasi sederhana dibantu manusia.

Dampak AI pada produktivitas dan keamanan pekerjaan

Pada musim semi 2024, 66% pekerjaan di AS terkena dampak tinggi atau sedang dari AI generatif, sementara pengaruh terhadap 34% sisanya masih sebatas dalam tugas-tugas sekunder. Tidak seperti revolusi teknologi sebelumnya, adopsi AI generatif menerpa dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya–melampaui tingkat adopsi komputer pribadi dan internet.

Yang membuat transformasi ini sangat signifikan adalah bahwa AI generatif mengganggu berbagai tugas profesi bergaji menengah hingga tinggi yang sarat akan kemampuan “kognitif” dan “non-rutin”. Ini berbeda dari gelombang otomatisasi sebelumnya yang hanya memengaruhi pekerjaan manual. Dengan lanskap AI generatif yang terus berkembang, tren ini kemungkinan akan terus berlanjut dan menguat.

Penelitian menunjukkan bagaimana AI memengaruhi produktivitas pekerja dan keamanan pekerjaan. Salah satu dari rangkaian studi komprehensif awal tentang kecerdasa buatan meneliti dampak asisten percakapan berbasis AI pada agen dukungan pelanggan. Temuan ini menantang visi utopis maupun distopis tentang dampak AI.

Studi tersebut menemukan bahwa akses ke alat AI meningkatkan produktivitas pekerja rata-rata sebesar 14%. Namun, manfaat ini tidak merata. Pekerja pemula dan yang kurang terampil mengalami peningkatan produktivitas hingga 35%. AI secara efektif membantu pekerja baru mengadopsi teknik pekerja berkinerja tinggi dengan cepat.

Menariknya, pekerja yang sangat terampil hanya mengalami peningkatan produktivitas minimal dari alat AI. Ini menunjukkan bahwa alih-alih menggantikan keahlian manusia, AI dapat membantu menciptakan kesetaraan dengan meningkatkan kemampuan pekerja kurang berpengalaman.

Eksperimen Klarna

Pendekatan Klarna untuk menghentikan perekrutan dan membiarkan tenaga kerja berkurang merupakan sebuah eksperimen yang berani. Klaim Siemiatkowski bahwa AI dapat menggantikan sebagian besar pekerjaan manusia selaras dengan kekhawatiran tentang pergeseran ketersediaan pekerjaan secara luas.

Namun, strategi perusahaan untuk meningkatkan gaji pekerja yang tersisa memunculkan sebuah realitas baru bernuansa: meskipun AI mengotomatisasi beberapa tugas, keahlian manusia menjadi lebih berharga, dan tidak terdegradasi. Hal ini selaras dengan penelitian yang menunjukkan bahwa organisasi membutuhkan pekerja yang dapat menggunakan alat AI secara efektif.


            

Pandangan CEO Nvidia Huang bahwa orang akan kehilangan pekerjaan kepada pengguna AI, bukan AI itu sendiri, mendapat dukungan dari tren yang bermunculan di tempat kerja yang muncul. Sebuah survei KPMG, perusahaan jasa profesional multinasional, terhadap eksekutif AS menemukan bahwa meski pekerjaan administratif menghadapi risiko besar dari AI, dampaknya sangat bervariasi di berbagai sektor. Misalnya, di sektor manufaktur, 20% responden mengharapkan manfaat positif dari AI, sementara 24% memperkirakan dampak negatif.

Ini menunjukkan bahwa daripada menggantikan pekerja manusia secara total, yang mungkin terjadi adalah transformasi peran. Faktor kunci dalam keamanan pekerjaan mungkin bukan apakah sebuah peran dapat diotomatisasi, tetapi apakah pekerja dan organisasi dapat mengintegrasikan alat AI secara efektif ke dalam alur kerja mereka.

Strategi untuk beradaptasi dengan AI

Peneliti yang mempelajari adopsi ChatGPT di Denmark menemukan bahwa separuh pekerja yang disurvei telah menggunakan alat AI generatif tersebut. Pekerja muda yang kurang berpengalaman, berpencapaian tinggi, dan mayoritas laki-laki mendominasi pengadopsian ChatGPT. Studi ini menunjukkan bahwa meskipun pekerja melihat potensi produktivitas yang substansial dalam ChatGPT, pembatasan dari pemberi kerja dan kebutuhan pelatihan menghambat adopsi penuh. Pekerja pun tampaknya tidak takut pada ancaman kehilangan pekerjaan sebagai alasan untuk menghindari teknologi ini.

Bukti menunjukkan beberapa strategi bagi pekerja dan organisasi untuk menghadapi transisi ini:

1. Pentingnya pembelajaran seumur hidup

Pekerja perlu terus memperbarui keterampilan mereka, terutama untuk bisa memaksimalkan AI, seperti pemikiran kritis dan pemecahan masalah kompleks.

2. Nilai literasi AI

Memahami cara menggunakan alat AI secara efektif menjadi sama pentingnya dengan keterampilan kerja tradisional.

3. Kebutuhan organisasi untuk beradaptasi

Perusahaan harus berinvestasi dalam pelatihan dan pengembangan karyawan sambil menerapkan pedoman yang jelas untuk penggunaan AI.

Adopsi AI generatif yang cepat berarti perubahan ini terjadi lebih cepat dibandingkan transformasi teknologi sebelumnya. Pekerja dan organisasi yang beradaptasi dengan cepat kemungkinan akan memiliki keuntungan signifikan dibandingkan mereka yang tertinggal.

AI tak menggantikan manusia, tetapi…

Pandangan Siemiatkowski dan Huang menggambarkan kemungkinan yang berbeda di masa depan tentang dukungan AI. Bukti menunjukkan bahwa baik penggantian total pekerja manusia maupun kondisi bisnis seperti biasa tidak mungkin terjadi. Sebaliknya, kita memasuki periode ketika kemampuan untuk bekerja bersama AI akan semakin menentukan kesuksesan karier.

Bukti awal bahwa AI dapat membantu mengurangi kesenjangan bagi pekerja kurang berpengalaman sangat menggembirakan. Tetapi, pelajaran terpenting dari prediksi kedua CEO ini adalah: meskipun kita tidak dapat mengontrol bagaimana AI akan mengubah industri, kita dapat mengontrol seberapa baik kita beradaptasi dengannya.

Dalam lanskap baru ini, kunci keamanan pekerjaan bukanlah melawan AI atau menerimanya secara pasif, melainkan secara aktif memilih untuk menjadi orang yang menggunakan AI daripada orang yang digantikan oleh seseorang yang melakukannya.The Conversation

Marcel Lukas, Senior Lecturer in Banking and Finance and Director of Executive Education, University of St Andrews

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Redaktur: -

Penulis: -

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.