Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Afrika Selatan Alami Resesi Akut

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

CAPE TOWN - Badan Statistik Afrika Selatan (Statistics SA) pada Selasa (8/9) mengumumkan bahwa produk domestik bruto (PDB) negaranya mengalami penurunan selama empat kuartal berturut-turut sehingga menempatkan negara itu dalam resesi yang amat akut.

"PDB turun lebih dari 16,4 persen antara kuartal pertama dan kuartal kedua pada 2020, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar -51 persen," lapor badan tersebut.

Penurunan tersebut terjadi akibat dampak dari penutupan wilayah (lockdown) terkait Covid-19 yang menghantam cukup keras pada perekonomian Afsel selama April, Mei dan Juni.

"Data sejak 1960 menunjukkan bahwa kuartal kedua pada 2020 mengalami penurunan PDB yang paling besar jika dibandingkan penurunan tahunan sebesar 6,1 persen pada kuartal pertama 2009 saat terjadi krisis moneter global dan jauh lebih anjlok dibandingkan penurunan tahunan 8,2 persen pada kuartal keempat pada 1982," lapor Statistics SA.

Menurut Kevin Lings, kepala ekonom di Stanlib, mengatakan penurunan itu amat masif dan lebih parah dari yang diperkirakan ekonom. Sementara Maarten Ackerman, kepala ekonom Citadel, mengatakan bahwa penurunan ini bukan tentang nilai PDB, karena tren penurunannya telah terlihat selama beberapa tahun terakhir dan pada pertumbuhan negatif tiga kuartal sebelumnya.

"Bukan Covid-19 yang menjebloskan kami ke dalam resesi, tapi kami telah menghadapi resesi sebelum Covid-19. Wabah virus menjadikan resesi yang jauh lebih parah, bahkan mungkin depresi," tutur Ackerman.

Lings mengatakan kuartal berikutnya akan menyaksikan peningkatan PDB karena sebagian besar industri sekarang telah dibuka, tetapi, secara keseluruhan, ekonomi akan berkontraksi hampir 10 persen untuk 2020.

Penurunan PDB pada kuartal pertama menyebabkan penurunan tingkat pengangguran sebesar 30,1 persen pada kuartal pertama 2020, dan Lings memperkirakan hal tersebut akan memburuk pada kuartal berikutnya.

Ancam Fiskal

Selama lockdown di kuartal kedua, sebagian besar sektor ditutup atau beroperasi pada kapasitas terbatas. Mayoritas industri mengalami penurunan output yang besar kecuali sektor pertanian yang mengalami peningkatan sebesar 15,1 persen.

Sementara itu sektor konstruksi dilaporkan mengalami penurunan output tertinggi yaitu sebesar 76,6 persen. Sektor manufaktur berada di urutan kedua dengan kontraksi 74,9 persen dan pertambangan turun 73,1 persen.

Statistics SA juga melaporkan akibat sektor perjalanan udara terhenti berkontribusi pada penurunan 67,9 persen dalam kegiatan ekonomi di industri transportasi dan komunikasi. Sementara untuk industri keuangan yang meliputi perbankan, layanan asuransi, real estat, dan layanan bisnis, Statistics SA juga mencatat telah mengalami penurunan 28,9 persen.

StatsSA juga mengukur sisi permintaan ekonomi, yang merosot 52,3 persen sebagai akibat dari penurunan ekspor dan pengeluaran rumah tangga. Menariknya, pengeluaran pada sektor komunikasi, perumahan dan pendidikan justru meningkat pada kuartal kedua.

Ackerman mengatakan bahwa ketika ekonomi turun 51 persen dari kuartal-ke-kuartal secara tahunan, hal itu berdampak negatif pada penerimaan pajak dan terhadap kesehatan fiskal Afsel untuk beberapa tahun ke depan. SB/businessinsider/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top