Adhi Segera Rampungkan Konstruksi Berbasis Lingkungan RDF Plant Bantargebang
Suasana di RDF Plant Bantargebang
JAKARTA- Seiring dengan upaya Pemerintah dan pelaku usaha untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi hijau berbasis lingkungan, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, (ADHI) selaku kontraktor segera merampungkan pembangunan Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Bantargebang yang akan menjadi RDF Plant terbesar di Indonesia.
Sebagai informasi, RDF plant merupakan fasilitas pengolahan sampah yang akan mengubah endapan sampah di TPST Bantargebang menjadi bahan bakar. Bahan bakar yang dihasilkan setara dengan batu bara muda untuk bahan bakar industri.
Corporate Secretary PT Adhi Karya (Persero) Tbk dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa (11/10) mengatakan dengan rencana Pemerintah mengatasi masalah sampah perkotaan dan meningkatkan sumber energi terbarukan, RDF itu diproyeksikan bisa menampung dan mengolah sampah hingga 2.000 ton/hari.
Dari kapasitas 2.000 ton per hari itu, 1.000 ton diantaranya merupakan sampah baru dan 1.000 ton sampah lama.
"Progres pembangunan fisik dari RDF Plant per Oktober 2022 telah mencapai 83 persen," ungkap Farid.
Diolah Jadi Energi
Proyek tersebut jelas Farid diharapkan bisa menjadi salah satu solusi dari penumpukan sampah untuk diolah menjadi energi yang bermanfaat.
"Fasilitas ini akan mengubah endapan sampah di TPST Bantargebang menjadi bahan bakar yang mampu menjadi sumber energi layaknya batu bara," jelasnya.
Dia menambahkan, produk yang dihasilkan dari pengolahan RDF ini memiliki nilai kalor yang setara dengan nilai kalor batu bara muda.
Lebih lanjut Farid menjelaskan ruang lingkup pekerjaan perseroan meliputi, fasilitas pengolahan sampah, fasilitas Landfill Mining sebagai lahan urug zona sampah terdekomposisi, dan bangunan penunjang lainnya, seperti gudang produk, kantor pengelola, area kelistrikan, workshop dan landscape.
"Fasilitas ini direncanakan akan selesai pada Desember 2022 dan siap dioperasikan ditahun 2023," kata Farid.
Dengan pengalaman pembangunan ini, ADHI akan terus menangkap peluang konstruksiberbasis lingkungan yang memiliki potensi cukup besar, mengingat Kementerian ESDMmemiliki target energi baru dan terbarukan, hingga 23 persen di tahun 2025 dan 29 persen di tahun 2030.
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya