Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ada Risiko Stagflasi Dunia yang Disebabkan Oleh Covid-19 Hingga Gangguan Rantai Pasok

Foto : ANTARA/YouTube FMB9ID_KIP

Tangkapan layar Kepala Grup Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Wira Kusuma dalam diskusi FMB9 yang disaksikan secara daring, Senin (25/7/2022)

A   A   A   Pengaturan Font

Empat faktor tersebut membuat perekonomian global mengalami tekanan. Risiko stagflasi meningkat disertai dengan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Berbagai negara terutama di advance ekonomi seperti Amerika Serikat, merespons peningkatan inflasi tersebut dengan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif sehingga menahan pemulihan ekonomi dan meningkatkan risiko stagflasi.

BI bahkan memprediksi Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada Juli 2022. Begitu juga dengan Bank Dunia yang merevisi pertumbuhan ekonomi dunia turun menjadi 2,9 persen dari yang sebelumnya 3,2 persen.

Kendati terdapat gejolak dalam perekonomian global, Bank Indonesia yakin perbaikan ekonomi domestik akan terus berlanjut. Pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan berada dalam kisaran 4,5-3,3 persen. Optimisme tersebut didukung oleh komponen-komponen dari PDB seperti konsumsi rumah tangga yang mulai meningkat mencapai 4,34 persen pada triwulan 1, setelah sebelumnya berada pada 3,55 persen.

"Sementara kita lihat ekspor nonmigas juga masih tinggi ya sampai saat ini. Nah kita masuk ke neraca pembayaran, current account deficit juga surplus," tuturnya.

Begitu juga dengan inflasi, meskipun tercatat tinggi pada Juni 2022 di level 4,35 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya 3,55 persen (yoy), namun inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,63 persen (yoy).
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top