Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

"A Perfect Planet", Cara Attenborough Melawan Perubahan Iklim dan Polusi

Foto : Foto: Istimewa

Sir David Attenborough

A   A   A   Pengaturan Font

Baru-baru ini, acara A Perfect Planet menampilkan seekor anak gajah yang yatim piatu karena bencana kekeringan, dan perjuangan fauna untuk bertahan hidup di alam liar yang semakin rusak oleh manusia dan perubahan iklim.

Aksi sejarawan alam asal Inggris sekaligus pembawa acara A Perfect Planet, Sir David Attenborough, mengejutkan pemirsa, setelah ia melaporkan kisah yang menyedihkan tentang penderitaan hewan akibat kehidupan manusia.

Attenborough merekam salah satu sulih suaranya yang khas - hangat, tenang dan penuh daya tarik - untuk serial film dokumenter terbaru BBC dan Discovery, A Perfect Planet, yang dirilis pada awal Januari ini.

Legenda televisi berusia 94 tahun itu memberi tahu pemirsa stasiun penyiaran BBC bahwa sejak ada, dunia telah berubah "tanpa bisa dikenali".

Dalam serial dokumenter sebanyak lima episode itu, dia memperlihatkan gambar memilukan yang menunjukkan hewan-hewan di seluruh dunia tengah berjuang untuk bertahan hidup dalam kondisi pemanasan global.

Salah satu adegan yang emosional adalah saat seekor anak gajah terlihat mengeluarkan air mata ketika orang yang menyelamatkannya memberinya air. Seluruh keluarga hewan tersebut telah tewas karena kekeringan ekstrem, menyebabkan anak gajah tersebut mengalami gangguan psikologis.

Menurut surat kabar The Sun, Attenborough memperingatkan bahwa anak gajah itu adalah korban perbuatan manusia. "Yang begitu kuat sehingga mengancam masa depan kehidupan di bumi."

Seperti menawarkan harapan, penyiar tersebut mengatakan bahwa belum terlambat untuk membantu membalikkan keadaan melawan perubahan iklim dan polusi.

"Kita memiliki kapasitas dan pengetahuan untuk menghentikan kerusakan yang kami lakukan. Yang tidak kita punya adalah waktu," tuturnya.

Serial ini akan menunjukkan tindakan apa yang diambil di seluruh dunia dalam upaya melindungi hewan. Namun, rekaman lain juga menunjukkan seekor koala yang pulih dari luka akibat kebakaran hutan di Australia, bayi penyu yang tenggelam setelah sarang mereka diterjang banjir, dan kungkang yang selamat setelah hutan mereka dihancurkan.

Serial ini membuat prediksi suram bahwa setengah dari semua spesies di bumi bisa mati dalam 80 tahun ke depan, kecuali jika manusia mengambil tindakan segera.

Ahli biologi, Niall McCann, memperingatkan peningkatan kebakaran, kekeringan, dan banjir memberikan tantangan berat bagi hewan untuk bertahan hidup.

"Kondisi ekstrem ini membuat hewan semakin sulit untuk bertahan hidup. Apakah Anda ingin menjadi generasi yang melihat gajah terakhir dibunuh, melihat ikan terakhir yang ditangkap dari laut, atau Anda ingin menjadi generasi yang memutarnya?" katanya.

Sementara itu, ekonom dan aktivis Jeremy Rifkin menambahkan, sekarang adalah momen paling serius dalam 200.000 tahun spesies-spesies hewan hidup di bumi ini.

"Kita akan menghadapi serangkaian peristiwa lingkungan yang tak terkendali yang saling memberi makan, membawa kita ke jurang yang tidak diketahui, yang dapat menyebabkan kepunahan massal yang sangat cepat" ujar dia.

Proyek-proyek yang diharapkan dapat membalikkan gelombang perubahan iklim adalah "tembok hijau" sepanjang 5.000 mil, yakni gerakan menanam satu miliar pohon tahan kekeringan di Afrika. Sedangkan "kebun binatang beku" yang menampilkan koleksi DNA dari 10.000 hewan langka, pada di masa depan diharapkan dapat mengkloning hewan-hewan tersebut.

n SB/mirror/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top