6 Faktor Penyebab Mastitis, IDI Bandung Barat Berikan Solusi Pengobatan
Foto: sewupari-studio/FreepikMenurut informasi dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bandung BaratĀ idibandungbarat.org, salah satu penyakit yang banyak diderita bagi sebagian wanita di Indonesia adalah mastitis. Mastitis adalah penyakit peradangan yang menyebabkan rasa sakit dan rusaknya jaringan payudara, hal ini terjadi pada wanita menyusui maupun wanita yang tidak menyusui. Di Indonesia, masih kurangnya konseling laktasi, menyebabkan hampir 55% kasus mastitis pada ibu menyusui.
IDI Bandung Barat adalah cabang dari organisasi profesi kedokteran yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. IDI Bandung Barat telah berupaya dan berusaha untuk mengedukasi serta memberikan konsultasi gratis untuk mengobati pria atau wanita yang sedang mengalami gangguan kesehatan terutama terkait mastitis.
Ikatan Dokter Indonesia saat ini fokus untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait masalah penyakit mastitis serta pengobatan yang tepat bagi penderitanya.
Apa saja penyebab terjadinya penyakit mastitis?
IDI Bandung Barat menjelaskan mastitis adalah peradangan pada jaringan payudara yang sering terjadi pada ibu menyusui, tetapi juga dapat dialami oleh wanita yang tidak menyusui atau pria. Berikut adalah penyebab terjadinya mastitis: meliputi:
1. Adanya infeksi bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus dapat masuk ke jaringan payudara melalui luka pada kulit atau puting susu. Selain itu, mastitis lebih sering terjadi pada wanita karena sistem kekebalan tubuh yang lemah.
2. Saluran ASI yang tersumbat
Penyebab selanjutnya adalah saluran ASI yang tersumbat. Hal ini dapat terjadi karena payudara tidak dikosongkan dengan benar, seperti posisi menyusui yang salah atau proses menyusui yang tidak teratur atau tidak efektif.
3. Kekurangan asupan nutrisiĀ
Mengatur dan mengonsumsi makanan bergizi sangat penting untuk menjaga kesehatan, terutama payudara. Kekurangan nutrisi pada ibu menyusui dapat menyebabkan mastitis.
4. Penggunaan bra yang terlalu ketat
Bra yang terlalu ketat juga dapat berbahaya bagi kesehatan. Bra yang terlalu ketat meningkatkan tekanan pada payudara dan mengganggu aliran susu, yang meningkatkan risiko munculnya mastitis.
5. Kelelahan dan stres
Aktivitas sehari-hari membuat stres dan kelelahan fisik, yang menurunkan daya tahan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi. Penting bagi Anda untuk dapat mengelola stres.
6. Kondisi medis tertentu
Faktor terakhir adalah kondisi medis tertentu. Mastitis juga lebih sering terjadi pada wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita diabetes maupun HIV/AIDS.
Apa saja obat yang direkomendasikan untuk penyakit mastitis?
IDI Bandung Barat telah merangkum obat yang direkomendasikan untuk mengobati mastitis. Berikut adalah rincian obat yang sering digunakan meliputi:
1. Paracetamol dan Ibuprofen
Paracetamol adalah obat paling baik untuk meredakan nyeri akibat mastitis. Selain itu, penggunaan obat seperti ibuprofen juga dapat menjadi anti-inflamasi non-steroid (NSAID), efektif dalam mengurangi rasa nyeri, demam, dan pembengkakan. Dosis yang dianjurkan untuk ibu menyusui adalah hingga 1,6 gram per hari, yang tidak terdeteksi dalam ASI
2. Flukloksasilin
Infeksi kulit dan jaringan lunak, termasuk mastitis, dapat diobati dengan flukloksasilin, antibiotik golongan penisilin, yang memiliki aktivitas antibakteri yang kuat terhadap bakteri Staphylococcus aureus, penyebab umum mastitis.
3. Dikloksasilin
Infeksi bakteri staphylococcus yang menyebabkan mastitis, dapat diobati dengan obat antibiotik penisilin, dikloksasilin. Obat ini membutuhkan resep langsung dari dokter.
4. Sefaleksin
Pasien yang alergi terhadap penisilin dapat menggunakan obat ini, namun, pasien dengan hipersensitivitas berat terhadap penisilin harus berhati-hati dan harus mendapatkan resep langsung dari dokter sebelum menggunakan obat sefaleksin.
5. Terapi Suportif
Untuk meredakan rasa sakit dan meningkatkan aliran ASI, kompres area yang sakit dengan handuk yang sudah direndam air hangat serta pijat lembut diarea yang bengkak.
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai pengobatan untuk memastikan pilihan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan individu.
(IKN)
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Hari Kamis KPU tetapkan Gubernur
- 2 the Straits Times Memprediksi Presiden Prabowo Bersama Sembilan Presiden dan PM Negara Lain Jadi Pemimpin Dunia Berpengaruh
- 3 Kebijakan PPN 12 Persen Masih Jadi Polemik, DPR Segera Panggil Menkeu
- 4 Masuki Masa Pensiun, Kepala BSSN dan Kepala Basarna Diganti
- 5 Gara-gara Faktor Inilah, Pelantikan Kepala Daerah Terpilih di Provinsi Bali Diundur