Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

31 Meninggal, RSCM Impor Obat Penawar Terkait Gangguan Ginjal Akut pada Anak

Foto : Shutterstock

Ilustrasi.

A   A   A   Pengaturan Font

Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang dikelola pemerintah di Jakarta, telah memberikan obat penawar yang dibeli dari Singapura kepada 10 pasien yang dirawatnya untuk mengurangi kematian anak akibat gangguan ginjal akut.

Direktur Utama RSUPN Lies Dina Liastuti mengatakan sejumlah obat penawar yang dibeli RSUPN memiliki kemampuan untuk mengikat racun dalam tubuh pasien.

Upaya itu dilakukan, lantaran Lies mengatakan perawatan masa lalu tidak "membawa hasil yang memuaskan", dan rumah sakit berusaha untuk membeli lebih banyak penangkal di luar negeri, termasuk dari Singapura dan Australia.

"Berdasarkan literatur yang kami baca, ada zat dalam obat-obatan tertentu yang dapat mengikat racun dalam tubuh seseorang. Kami mencari obat-obatan dan kebetulan Singapura salah satu yang menjualnya," kata Lies dalam jumpa pers, Kamis (20/10).

Namun, Lies menegaskan pihaknya masih belum bisa memastikan apakah obat penawar itu memenuhi ekspektasinya.

"Sudah dua hari sejak kami memberikan obat. Kami masih menunggu hasilnya. Jadi kami tidak bisa memastikannya, meskipun beberapa telah menunjukkan peningkatan," jelasnya.

Sebagai informasi, dari Januari hingga 20 Oktober, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah merawat 49 anak dengan cedera ginjal akut, 31 di antaranya meninggal. Meski telah menerima pasien dengan gejala sejak awal tahun ini, lonjakan kasus baru di RSPN diketahui dimulai pada awal Agustus tahun ini.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril menuturkan sepanjang Januari sampai 18 Oktober 2022, ada 206 kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak di 20 provinsi. Kemenkes juga mencatat 99 kasus kematian akibat gangguan ginjal akut. Artinya, tingkat kematian kasus ini mencapai 48 persen dari total kasus gangguan ginjal akut pada anak yang terdeteksi.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mengumumkan lima produk obat sirop dengan cemaran Etilen Glikol (EG) melampaui ambang batas aman yang beredar di pasar Indonesia. Kelima obat sirop itu yakni, Termorex Sirup produksi PT Konimex dengan nomor izin edar DBL7813003537A1, Flurin DMP Sirup produksi PT Yarindo Farmatama dengan nomor izin edar DTL0332708637A1, Unibebi Cough Sirup produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DTL7226303037A1, Unibebi Demam Sirup produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL8726301237A1, dan Unibebi Demam Drops produksi Universal Pharmaceutical Industries dengan nomor izin edar DBL1926303336A.

Walau begitu, BPOM menyatakan hasil uji cemaran EG belum dapat mendukung kesimpulan bahwa penggunaan sirup obat yang dimaksud memiliki keterkaitan dengan maraknya kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak berusia 1 sampai 5 tahun di Indonesia.

BPOM menjelaskan masih ada beberapa faktor risiko penyebab kejadian gagal ginjal akut seperti infeksi virus, bakteri Leptospira, dan multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem pasca COVID-19.


Redaktur : Fandi
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top