Koran-jakarta.com || Jum'at, 19 Jul 2019, 01:00 WIB

Desain Rumah Vertikal untuk Nelayan

Perubahan tempat tinggal dari horizontal ke vertikal tidak sekadar perubahan bentuk tempat. Yang tidak kalah penting adalah, perubahan tersebut mampu mengakomodisr aktifitas keseharian masyarakat.

Desain Rumah Vertikal untuk Nelayan

Ket.

Doc: istimewa Desain Rumah Vertikal untuk Nelayan

Hal tersebutlah yang dilakukan Daniel, arsitek sekaligus peraih penghargaan Gold dalam kompetisi Asia Young Designer Award (AYDA) 2018 National yang diselenggarakan Nippon Paint Indonesia. Ia merancang hunian vertikal untuk para nelayan yang tinggal di Klenderan, Surabaya Utara.

Konsep bangunan tidak hanya menyediakan tempat tinggal namun menyediakan tempat usaha para penduduk setempat. Daniel yang mengerjakan rancangannya sebagai tugas akhir saat menempuh pendidikan di Universitas Kristen Petra, Surabaya ini, memberikan tempat untuk pengolahan ikan di hunian vertikalnya tersebut.

"Saya juga ingin mengadopsi kebiasaan kampung, yaitu pengolahan ikan asap," ujar dia yang ditemui di Kemenristekdikti, Jakarta, Selasa (16/7). Selain itu, ia memberikan ruang untuk pengolahan ikan kering sebagai komoditi para nelayan.

Bagi arsitek yang saat ini tengah menempuh pendidikan master arsitektur di National Taiwan University of Science and Technology, Taiwan mengatakan fasilitas tersebut yang tidak pernah dijumpai di rusun konvensional. "Kalau di rusun konvensional kan mereka tidak bisa mengolah ikan asap," ujar dia.

Desain yang dirancang untuk 144 KK ini menyertakan ruang komunal di lantai bawah. Ruang dapat digunakan untuk acara hajatan warga.

Di lantai yang sama, dia membuat toko-toko tempat penjualan olahan ikan. Keberadaan toko dapat sebagai sarana niaga warga dengan wisatawan yang berkunjung ke tempat tersebut. Selain itu, bangunan dirancang supaya mendapatkan sinar matahari yang berlimpah.

Setiap unit sebagai tempat tinggal warga seluas 40 sampai 50 meter persegi. Di unit tersebut, setiap warga dapat membuka warung sepertihalnya saat tinggal di kawasan Horizontal.

Daniel segaja tidak ingin menghilangkan aktifitas harian kampung dalam hunian vertikal. Sedangkan, fasad dibuat untuk menyambut para nelayan yang baru pulang melaut.

Bangunan fisik dibuat dengan biaya minim, salah satunya menggunakan bahan-bahan ekspose. Di sisi lain, Daniel memberikan keleluasaan warga supaya dapat mendandani unitnya sesuai dengan warna-warna yang disukainya.

Melalui rancangannya, Daniel berupaya untuk menghilangkan stigma kumuh yang biasa terdapat di kampung nelayan. Selain itu, pemindahan warga di rusun terkadang menimbulkan masalah, seperti aktifitas warga yang tidak sesuai dengan pekerjaannya. Dalam rancangannya, warga dapat beraktifitas sesuai dengan pekerjaannya dan kebiaasaannya.

Hunian vertikal menjadi satu solusi untuk para nelayan di kawasan Klenderan, Surabaya Utara supaya mereka tidak tergusur dengan lingkungan komersil di sekitarnya. Model kampung seperti ini tidak hanya dapat diterapkan pada kampung nelayan saja malainkan kampung-kampung lain di Tanah Air dengan penyesuian gaya hidup masing-masing warga. din/E-6

Tim Redaksi:
D
Dini Daniswari
Penulis

Like, Comment, or Share:


Artikel Terkait