Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kerusuhan 21–22 Mei l Pendemo Bukan Santri

183 Perusuh Ditangkap di Slipi

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Massa telah menyiapkan alat-alat untuk menyerang polisi yang bertugas mengamankan aksi. Selain busur, bom molotov diduga telah berisi zat berbahaya.

JAKARTA - Polres Metro Jakarta Barat menyita sejumlah barang bukti terkait kerusuhan Rabu, 22 Mei 2019, di flyover Slipi, Jakarta Barat. Dua di antaranya molotov dan busur yang diduga dicampur dengan zat kimia.

"Ini busur akan kami bawa ke laboratorium. Karena berdasarkan informasi intelijen, sebelum digunakan, (busur) dicelupkan zat tertentu. Akan kami cek," jelas Kapolres Jakarta Barat, Kombes Hengki Haryadi, di Mapolres Jakarta Barat, Slipi, Jakbar, Kamis (23/5).

Hengki mengatakan massa telah menyiapkan alat-alat tersebut untuk menyerang polisi yang bertugas mengamankan aksi. Selain busur, bom molotov diduga telah berisi suatu zat berbahaya.

"Betapa sudah disiapkannya untuk melakukan perlawanan terhadap aparat, termasuk bom molotov juga," katanya.

Hengki belum bisa memastikan zat apa yang terkandung dalam benda-benda tersebut. Namun, menurutnya, zat itu membuat api tahan lama.

"Zatnya seperti apa, karena informasi intelijen, bom molotov sudah disertai zat tertentu sehingga daya tahannya (api) lebih lama," ujar Hengki.

Polres Metro Jakarta Barat sejauh ini telah menangkap 183 orang yang merusuh pada Rabu 22 Mei 2019 di flyover Slipi, Jakarta Barat. Kapolres Jakarta Barat Kombes Hengki Haryadi menegaskan bahwa para perusuh itu bukanlah santri.

"Yang demo kemarin ada yang ngakunya santri, apakah santri? Kita lihat tampang-tampangnya," tegas Hengki.

"Sebagian besar memiliki tato, kami akan mendalami latar belakangnya," lanjut Hengki.

Ambulans Beralih Fungsi

Polisi menyebut mobil ambulans yang dikirim dari DPC Gerindra Tasikmalaya tak punya petugas berkualifikasi medis. Dalam ambulans juga tidak ada perlengkapan medis, tapi justru ditemukan batu diduga terkait rusuh 22 Mei.

"Jadi, ambulans tersebut tidak mempunyai kualifikasi sebagai petugas medis. Kedua, di mobil tersebut tidak ada perlengkapan medis atau obat-obatan minimal untuk pertolongan pertama, itu tidak ada," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, dalam jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Kamis (23/5).

Ambulans ini dibawa dari DPC Gerindra Tasikmalaya sekitar pukul 20.00 WIB, Selasa (21/5). Adapun para kru ambulans bukanlah petugas medis. Tiga orang yang berangkat ke Jakarta, yakni sopir berinisial Y, Sekretaris DPC Gerindra Tasikmalaya berinisial I, dan Wakil Sekretaris DPC Gerindra Tasikmalaya berinisial O.

"Intinya bahwa ada perintah ketua DPC, bertiga berangkat ke Jakarta," tegas Argo. Selanjutnya menurut Argo, saat ambulans sudah berada di Jakarta tepatnya di Jalan HOS Cokroaminoto, Jakpus, dua orang berinisial HS dan SGC ikut naik ke ambulans. Dua orang ini disebut Argo berasal dari Riau.

"Dari hasil pemeriksaan dari yang bersangkutan tersangka ini, katanya, tidak tahu ada batu di dalam mobil, penumpangnya tiga, dan dua orang yang dijemput di Cokroaminoto," papar Argo.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, mengatakan alasan pengiriman ambulans itu adalah membantu memberikan pertolongan jika ada korban dalam kerusuhan 22 Mei.

Namun, bertentangan dengan tujuan pengiriman ambulans, menurut Argo, tidak ditemukan perlengkapan medis dalam mobil ambulans berlogo Partai Gerindra itu. Polisi hanya menemukan batu dalam mobil ambulans tersebut. Polisi masih menyelidiki asal batu tersebut lantaran sopir dan penumpang ambulans tidak mengakui asal batu itu. jon/P-6

Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top