Kawal Pemilu Nasional Mondial Polkam Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Otomotif Rona Telko Properti The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis Liputan Khusus

11.500 Polisi Dikerahkan di Jalanan Kota London Saat Penobatan Raja Inggris

Foto : CNN/Reuters/Maja Smiejkowska

Seorang petugas polisi berjaga-jaga menjelang penobatan Raja Charles, di London, Inggris, pada 3 Mei.

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Lebih dari 11.500 petugas polisi dikerahkan di London pada Sabtu (6/5), menurut Layanan Polisi Metropolitan London (The Met). Polisi akan menggunakan teknologi pengenalan wajah.

Menurut CNN, ini adalah pengerahan terbesar dalam beberapa dekade, kata Wakil Asisten Komisaris Polisi Metropolitan London Ade Adelekan, Rabu.

Petugas ini akan menjadi bagian dari 29.000 lebih penempatan menjelang 6 Mei selama sisa akhir pekan, menurut pernyataan dari The Met.

The Met mengatakan operasi tersebut - yang diberi label Golden Orb - menempatkan petugas berbaris di rute prosesi, mengatur keramaian dan penutupan jalan, melindungi individu terkenal dan melakukan pencarian dengan tim spesialis.

Ada juga rencana untuk menggunakan teknologi pengenalan wajah di pusat kota London.

"Daftar pantauan akan difokuskan pada mereka yang kehadirannya pada hari penobatan akan menimbulkan masalah perlindungan publik, termasuk mereka yang dicari karena pelanggaran atau memiliki surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh pengadilan, atau mereka yang berada di bawah program manajemen pelaku yang relevan untuk menjaga publik. aman," kata The Met.

"Toleransi kami terhadap gangguan apa pun, baik melalui protes atau lainnya, akan rendah. Kami akan menangani dengan tegas siapa pun yang bermaksud merusak perayaan ini," tambah The Met.

Masalah Pengenalan Wajah

Kelompok kampanye mengkritik penggunaan teknologi pengenalan wajah selama penobatan.

Teknologi ini diharapkan menjadi penggunaan teknologi terbesar yang pernah ada di Inggris, ratusan ribu orang diperkirakan akan berbaris di jalanan pada Sabtu.

Grup kampanye Big Brother Watch menyebutnya "alat pengawasan massal otoriter yang mengubah publik menjadi kartu ID berjalan", katanya menggambarkan teknologi ini sebagai "Orwellian".

"Kita semua memiliki hak untuk menjalani hidup kita tanpa diawasi dan dipantau, tetapi setiap orang di penobatan berisiko wajah mereka dipindai oleh teknologi pengenalan wajah yang menindas," kata Emmanuelle Andrews dari kelompok HAM Liberty di Twitter.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Lili Lestari

Komentar

Komentar
()

Top