Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Minggu, 22 Nov 2020, 20:25 WIB

Oleh Josep Borrell

Foto:

Covid-19 telah mendorong dunia ke dalam krisis terburuk dan paling global sejak Perang Dunia II. Ini memengaruhi seluruh kehidupan seperti konsekuensi bagi kesehatan, ekonomi, dan keamanan. Kondisi tersebut juga memicu tekanan sosial dan kerusuhan politik.

Krisis telah mempercepat tren sebelumnya seperti meningkatnya ketidaksetaraan dan ketegangan geo-politik. Ini biasa bahwa pandemi membentuk kembali dunia kita. Tetapi dalam bentuk apa dan bagaimana dunia akan menjadi berbeda, tergantung pada pilihan yang akan kita ambil.

Melihat kembali ke awal pandemi, kita tahu kecenderungan untuk berpaling ke dalam, sebuah kecenderungan yang sering kali muncul bersamaan dengan krisis. Tetapi sebagai Uni Eropa (UE), kami menyadari dengan cepat bahwa Covid-19 hanya dapat dikalahkan dengan pendekatan global dan koordinasi lintas batas.

Secara internal, reaksi dan koordinasi kami, pada awalnya tidak mulus. Negara-negara anggota UE cenderung membiarkan semua orang berjuang sendiri. Tetapi tindakan solidaritas yang tulus segera hadir. Banyak negara menerima pasien dari negara-negata anggota UE lain. Mereka juga mengirimkan peralatan darurat kepada negara yang paling membutuhkan.

Di musim panas, para pemimpin UE menyetujui paket 1,8 triliun euro. Ini paket yang belum pernah terjadi dan disebut sebagai Next Generation EU. Untuk pertama kalinya, disepakati menerbitkan utang bersama berskala besar. Hal ini memungkinkan transfer fiskal untuk mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi dan mempersiapkan pendanaan transisi hijau serta mengamankan masa depan digital Eropa.

Sambil memerangi virus dan konsekuensinya di kawasan UE, kami juga meningkatkan upaya untuk mendukung negara-negara mitra dalam memerangi pandemi. Upaya yang kami sebut "Tim Eropa," UE dan negara-negara anggota bersama membantu para mitra menanggapi krisis kesehatan yang mendesak. Kemudian juga memperkuat sistem kesehatan dan sanitasi, serta mengurangi konsekuensi sosial ekonomi.

Tindakan kami didasarkan pada pemahaman utama: tidak ada yang akan aman sampai semua orang aman dan "dunia pandemi" membutuhkan solusi multilateral. Kami berpegang motto ini, bahkan saat pihak lain bertindak untuk kepentingan masing-masing.

Kami tetap memegang pendirian ini, saat mendengar berita menggembirakan tentang uji klinis vaksinasi. Untuk mendapat manfaat dari pencapaian yang menjanjikan ini, kita harus menghindari 'nasionalisme vaksin' dan 'diplomasi vaksin'. Seperti 'diplomasi masker' pada awal 2020, beberapa negara mungkin menghubungkan akses ke perawatan medis yang sangat dibutuhkan dengan kepatuhan politik. UE akan menekankan pendekatan sebaliknya: vaksin harus diperlakukan sebagai barang publik global dan didistribusikan berdasarkan kebutuhan medis.

Pada masa Covid-19, Eropa bertekad mengembangkan kemitraan dan kerja sama yang lebih kuat dengan aktor multilateral di tingkat global, regional, serta nasional.

Tetapi, UE tidak bisa menjadi multilateralis sendiri. Kami melihat negara-negara yang memiliki visi sama di Asia sebagai mitra utama Eropa untuk merancang tatanan internasional berbasis aturan masa depan. Sebab kita sama-sama memiliki keinginan untuk dapat mengendalikan arah masa depan. Dengan kata lain, kita harus menjadi pemain, bukan teman bermain di dunia dengan persaingan geopolitik yang semakin meningkat. Penulis Wakil Presiden Komisi Eropa. G-1

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: Aloysius Widiyatmaka

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.