Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Kamis, 10 Des 2020, 05:20 WIB

EBT Terus Lahirkan Terobosan

Ladang PLTB - Sejumlah kincir berputar di ladang pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Canela Eolian di Los Vilos, Cile, saat diabadikan tahun lalu. Sebuah institusi yang fokus pada pembangunan berkelanjutan pada Rabu (9/12) menjelaskan bahwa energi baru terbarukan justru yang menikmati pertumbuhan yang amat kuat bahkan selama terjadinya pandemi Covid-19.

Foto: AFP/MARTIN BERNETTI

PARIS - Lima tahun setelah penandatanganan Kesepakatan Iklim Paris, bahan bakar fosil masih mendominasi kebutuhan akan energi, akan tetapi energi baru terbarukan (EBT) justru yang menikmati pertumbuhan yang amat kuat bahkan saat krisis Covid-19 belum mereda.

"Bahan bakar fosil memang masih dominan, tetapi dinamika energi jelas terlihat pada energi listrik terbarukan," kata Nicolas Berghmans dari IDDRI, sebuah institusi think tank yang fokus pada pembangunan berkelanjutan dan hubungan internasional, pada Rabu (9/12).

Pada bagian lain Badan Energi Terbarukan Internasional (International Renewable Energy Agency/IREA) melaporkan bahwa panel surya telah mengalami pertumbuhan amat spektakuler dalam beberapa tahun terakhir, naik dari kapasitas terpasang 217 gigawatt di seluruh dunia pada 2015 menjadi 578 gigawatt tahun lalu.

"Peningkatan itu lebih dari dua kali lipat total kapasitas produksi listrik di Russia pada 2015," lapor IREA.

Sementara bahan bakar fosil telah mengalami pukulan sepanjang tahun ini, energi baru terbarukan justru telah berkontribusi hampir 90 persen dari kapasitas terpasang baru berkat pasokan energi dari pembangkit tenaga surya dan angin di Amerika Serikat dan Tiongkok.

"Kapasitas terpasang EBT bisa mencapai rekor 200 gigawatt tahun ini," lapor Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) seraya bahwa EBT akan melampaui batu bara pada 2025 sebagai sumber utama produksi listrik.

"Kita belum melihat banyaknya pengurangan laju bagi pengembangan listrik EBT selama krisis dan itu mungkin karena penurunan biaya yang membuatnya kompetitif, tetapi juga karena adanya dukungan publik," ungkap Berghmans.

"Dukungan itu bahkan diperkuat di negara-negara tertentu ketika negara-negara tersebut meluncurkan rencana untuk mendukung ekonomi mereka yang mencakup langkah-langkah bagi menyokong program transisi ke energi bersih," imbuh dia.

Transformasi Transportasi

Berdasarkan sebuah studi dari perusahaan minyak Inggris, BP, bahan bakar fosil masih jadi mayoritas dalam bauran energi global dengan minyak berada di urutan teratas dengan pangsa pasar sebesar 33 persen.

Hal itu terjadi karena minyak dan bahan bakar terus memainkan peran kunci di sektor transportasi serta untuk keperluan industri seperti pembuatan plastik.

Namun penerapan pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah untuk memperlambat penyebaran virus korona, telah menghantam sektor transportasi dan hal ini memicu terjadinya penurunan yang amat besar dalam permintaan bahan bakar.

IEA memperkirakan permintaan minyak mentah tahun ini akan turun hampir 9 persen, sementara penggunaan batu bara akan turun 7 persen karena pandemi dan penurunan ini tidak akan pernah kembali ke level seperti tahun lalu.

Menanggapi tren itu, Berghmans menyatakan dunia saat ini berada pada titik perubahan. "Kita semua mengharapkan bakal terjadinya transformasi besar di sektor transportasi dalam sepuluh tahun mendatang terkait energi ini," ucap Berghmans

Kendaraan listrik diharapkan pada akhirnya bisa membuat terobosan ke pasar massal seiring dengan turunnya harga baterai dan jarak tempuh kendaraan listrik yang makin meningkat. Selain itu dengan diberlakukannya peraturan polusi yang lebih ketat di beberapa negara diharapkan akan semakin memaksa terjadinya perubahan tersebut. AFP/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.