Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 27 Jan 2021, 00:04 WIB

Beras Impor untuk Hotel dan Restoran Merembes ke Pasar

Foto: Sumber: BPS, Kemendag – Litbang KJ/and - KJ/ONES

» Aparat diharapkan menindak tegas importir curang dengan memanfaatkan masa pandemi Covid-19.

» Produksi beras lokal cukup, jadi seharusnya tidak perlu melakukan impor karena permintaan dari restoran turun.

JAKARTA - Pemerintah semakin tidak berdaya mengontrol serbuan pangan impor, sehingga banyak yang merembes ke pasar lokal. Beras impor asal Vietnam, misalnya, baru-baru ini sempat masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) dan meresahkan para pedagang karena harganya lebih murah ketimbang beras lokal.

Peneliti Ekonomi Indef, Rusli Abdullah, pada Koran Jakarta, Selasa (26/1), mengatakan kondisi tersebut sangat disayangkan karena Kementerian Perdagangan (Kemendag) selaku institusi yang mengurus ekspor-impor dinilai lemah dalam melakukan pengawasan.

"Masalah impor ini kan urusan Kemendag. Kemendag yang beri izin, sementara Kementerian Pertanian (Kementan) yang memberi rekomendasi," kata Rusli.

Kontrol yang lemah mengakibatkan beras yang diimpor khusus untuk kebutuhan restoran dan hotel, malah masuk ke pasar-pasar tradisional. Hal itu akibat lemahnya permintaan dari restoran di masa pandemi Covid-19, sehingga importir melepasnya ke pasar tradisonal. "Jika pengawasan dan pengaturannya baik, tentu tidak bakal terjadi seperti ini," tandas Rusli.

Kebocoran, jelasnya, karena permintaan menurun dan akhirnya para importir melepas ke pasar tradisional. Seharusnya beras impor tersebut kalau tidak terserap bisa dijual melalui market place (toko online) atau dibeli oleh Bulog sebagai stabilisator.

Dia mengapresiasi tindakan aparat Kepolisian yang akan mengusut tuntas rembesan beras ke pasar tradisional. Kalau perlu, aparat menindak tegas importir atau pengusaha yang mencoba bermain curang dengan memanfaakan masa pandemi Covid-19.

"Tindak tegas dan usut tuntas sampai ke akar-akarnya, supaya tidak ada lagi importir yang bermain curang seperti ini," tukas Rusli.

Secara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ), Rachmi Hertanti, mengkhawatirkan kebocoran beras itu bakal menekan harga produksi petani dari dalam negeri.

Fenomena impor produk pangan yang tidak terkontrol itu akan kerap terjadi ke depan. Apalagi, impor hanya sebatas urusan administrasi yang sangat mudah dilakukan tanpa ada pembatasan yang jelas.

Kondisi tersebut sangat berbeda dengan Undang-Udang Pangan sebelum direvisi yang hanya mengizinkan pembukaan keran impor ketika kebutuhan dalam negeri belum cukup. "Impor dipermudah, tetapi justru tidak terkontrol, dan tidak ada perlindungan yang jelas untuk petani. Ini yang kami tolak. Ini pasti sengaja untuk pasar tradisional dengan dalih impor khusus untuk hotel dan restoran," kata Rachmi.

Diproses Bareskrim

Dalam rapat dengan pendapat dengan Komisi IV DPR, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, mengatakan dua perusahaan diduga menjual beras impor asal Vietnam "Jasmine Rice" di PIBC, sehingga perusahaan tersebut kini diproses Bareskrim Polri.

"Beras yang sudah rembes di Pasar Cipinang sudah diambil polisi beserta karungnya. Dua gudang perusahaan sudah disegel polisi dan diproses di Bareskrim," kata Suwandi.

Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Soetarto Alimoeso, mengatakan Jasmine Rice yang diimpor melalui jalur khusus itu dijual dengan harga relatif murah. Setelah kemasannya dibuka, ternyata hanya beras premium biasa.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Arief Prasetyo Adi, mengatakan impor beras khusus itu ditugaskan ke PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Persero dan PT Sarinah.

"Beras khusus ini yang memang tidak diproduksi di Indonesia, seperti Basmati dan Jasmine Rice. Kemudian ada masuk di pasar tradisional, di Cipinang. Saya sudah berkoordinasi dengan Dirjen Tanaman Pangan dan Menteri BUMN," kata Arief.

Menurut Arief, volume stok beras di PIBC mencapai di atas 32.000 ton, yang berarti stok aman memenuhi konsumsi pangan masyarakat. Dengan demikian, seharusnya memang tidak ada beras impor yang masuk ke PIBC.

"Produksi beras lokal cukup. Kalau ada beras impor masuk ke sana bukan untuk hotel dan restoran, memang tidak pada tempatnya," katanya. n ers/E-9

Redaktur: Vitto Budi

Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.