Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Tiongkok berhasil mendaratkan kapsul Tianwen-1 yang berisi robot penjelajah Zhurong ke permukaan Mars. Selanjutnya, robot Zhurong segera diluncurkan untuk menjalankan misi penjelajahan Planet Merah.

Zhurong Mencari Kebenaran

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kapsul Tianwen-1 yang berisi dua robot pendarat dan penjelajah sukses menyentuh permukaan Mars, Sabtu (15/5) sekitar pukul 19:11 waktu Beijing atau 16:11 WIB. Keberhasilan pendaratan tersebut menjadikan negeri Tirai Bambu menjadi negara ketiga setelah Uni Soviet pada 2 Desember 1971 dan Amerika Serikat (AS) pada 20 Juli 1976, mendaratkan robot ke Mars.
Sebenarnya banyak misi yang dilakukan ke Mars yang dimulai pertama kali oleh Uni Soviet pada 10 Oktober 1960, baik yang berhasil maupun gagal. Namun demikian, dari sekian misi tersebut, kebanyakan sekadar mengitari Planet Merah. Hanya sedikit misi pendaratan.
Keberhasilan pendaratan Tianwen-1 yang diluncurkan ke luar angkasa menggunakan roket Long March 5 pada 23 Juli 2020 menjadi tonggak bagi penjelajahan luar angkasa Tiongkok. Lokasi pendaratan di bagian selatan dataran luas Mars yang dikenal sebagai Utopia Planitia, menjadi tempat aman sekaligus menyimpan potensi informasi berharga.
Menurut Administrasi Luar Angkasa Nasional Tiongkok (China National Space Administration/CNSA), CNSA, kapsul Tianwen-1 menurunkan ketinggian dari orbit Mars sekitar pukul 01: 00, Sabtu pagi waktu Beijing, sebelum kombinasi penjelajah pendarat terpisah dengan pengorbit sekitar pukul 4 pagi. Kombinasi pendarat-penjelajah itu kemudian melakukan penerbangan tiga jam sebelum masuk ke atmosfer Mars.
Setelah memasuki atmosfer Mars, "Tianwen" yang berarti pencarian kebenaran, menghabiskan sekitar sembilan menit untuk melambat, melayang untuk menghindari rintangan, dengan mengembangkan parasut. Akhirnya, mendarat secara lembut di Utopia Planitia dengan bantuan dorongan tenaga roket di bawahnya.
Seluruh entri, penurunan dan pendaratan (EDL) Tianwen-1 memakan waktu sekitar 9 menit. Di mana kecepatan pesawat berkurang dari 20.000 kilometer per jam menjadi nol. Demikian menurut China Academy of Space Technology (CAST).
"Tahap perlambatan aerodinamis seperti itu mengurangi kecepatan pesawat sekitar 90 persen. Kemudian tahap parasut membantunya semakin melambat menjadi sekitar 100 meter per detik. Akhirnya sistem mesin dorong dihidupkan untuk memungkinkan pesawat memasuki tahap melayang saat berada pada ketinggian 100 meter di atas permukaan Mars," kata Kepala Direktur Perancang Tianwen-1, Wang Chuang, dikutip Global Times.
"Pada tahap melayang, enam instrumen di atas rover, termasuk sensor gelombang mikro dan kamera optik untuk menentukan kecepatan dan jarak, dimulai secara bersamaan guna mencari tempat lebih aman untuk soft landing," jelasnya.

Parkir di Orbit
Nantinya setelah mengeluarkan Zhurong untuk misi penjelajahan, pendarat Tianwen-1 akan kembali ke tempat parkir di orbit. Langkah tersebut dilakukan untuk menyediakan komunikasi dengan para operator di bumi.
Tianwen-1 telah mewarisi teknologi melayang dan penghindaran rintangan yang matang dari misi penyelidikan bulan Chang'e 3, 4, dan 5 sebelumnya. Media tersebut menyatakan masih ada banyak tantangan baru dalam upaya pendaratan di Mars.
Kepala Desainer Tianwen-1, Sun Zezhou menjelaskan, saat ini tingkat keberhasilan pendaratan di Mars di bawah 50 persen. Sebagian besar upaya gagal pada tahap masuk ke atmosfer, turun, dan mendarat (entry, descent, and landing/EDL).
"Dibutuhkan operasi sangat akurat dari berbagai teknologi. Ini termasuk desain bentuk aerodinamis, parasut, dan mesin, untuk mencapai pendaratan empuk di Mars. Tidak ada waktu yang tidak diperhitungkan, bahkan satu detik pun pada satu sistem," ujar Zezhou.
Ia menambahkan, jarak bumi - mars terdekat mencapai 56 juta km membuat komunikasi tertunda selama sekitar 20 menit sejak dikirim. Dengan demikian, kapsul Tianwen-1 tidak dapat dikendalikan secara seketika (realtime) sehingga harus melakukan pendaratan mandiri.
Selain itu, kepadatan atmosfer mars hanya 1 persen dari atmosfer bumi. Hal itu menyebabkan lingkungan yang lebih rumit daripada pendaratan di bulan. "Kami tidak memiliki data tangan pertama tentang atmosfer mars. Artinya, kami ditempatkan di lingkungan yang sama sekali tidak dikenal. Bisa dibayangkan tingkat kesulitannya," kata Direktur Perancang Sistem Penjelajah CAST, Chen Baichao.
CNSA mengakui selama pelaksanaan misi yang berhasil tersebut tidak lepas dari kerja sama dengan berbagai organisasi luar angkasa internasional. Yang terlibat antara lain Badan Antariksa Eropa (ESA), Argentina, Prancis, dan Austria.
Pengamat luar angkasa di Finlandia, Andrew Jones, mengatakan, "Teknologi yang digunakan dalam misi pendaratan tersebut didasarkan pada misi luar angkasa manusia dan misi bulan yang sukses di Tiongkok," ujar dia seperti dikutip BBC dari Global Times. "Mereka belum menguji ini sama sekali, tetapi mereka memiliki pengalaman menangani teknologi tersebut," lanjut dia. hay/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top