Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2025 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Minggu, 02 Mar 2025, 12:25 WIB

Zelenskyy Menjelaskan Perdebatannya dengan Trump di Gedung Putih

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, Dalam sebuah wawancara dengan Bret Baier di Fox News, Jumat (28/2).

Foto: Istimewa


WASHINGTON - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, pada hari Jumat (28/2), menjelaskan pertikaian sengitnya dalam pertemuan bilateral dirinya dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance di Ruang Oval, Gedung Putih, yang berujung pada adu mulut

Dalam sebuah wawancara di Fox News, Zelenskyy mengatakan bahwa ia tidak yakin melakukan kesalahan apa pun sambil menegaskan bahwa ia dapat menyelamatkan hubungannya dengan Trump, yang berkata kepada mitranya dari Ukraina, "buat kesepakatan atau kita keluar."

"Itu adalah keadaan yang sulit, karena kami saling terbuka dan langsung (dalam berbicara)," ungkapnya kepada Bret Baier dari Fox News, menambahkan ia tidak tahu apakah keadaan itu sengaja dikondisikan oleh pihak AS. 

"Ini bukan soal marah, ketika anda di Amerika Serikat, lalu presiden, wakil presiden atau seseorang politikus besar mengatakan Ukraina hampir hancur, prajurit kami melarikan diri dan bukan pahwalan, korban jiwa sampai jutaan, dan presidennya diktator, apa reaksinya? Ini bukan tentang saya, tapi di mana persahabatan antara Ukraina dan Amerika Serikat. Itulah perasaannya, dan itu mengapa saya tidak ingin kehilangan hubungan kuat dengan AS," tuturnya. 

Zelenskyy menjelaskan bahwa pembicaraan serupa pernah ia lakukan dengan Trump baik melalui telepon maupun pertemuan di Munich, ia berusaha meminta dengan sopan kepada Trump untuk lebih akurat dalam menyampaikan sesuatu tentang Ukraina. 

"Tidak ada korban jiwa hingga jutaan, setiap jiwa berarti. Saat ia bicara soal (penyerahaan) wilayah, itu bukan sekedar lahan tapi ada rumah-rumah yang ditinggali oleh ayah, ibu, kakek dan keluarga lainnya yang mati dalam perang ini. Tidak ada yang ingin memaafkan Putin."

"Jika itu disampaikan berulang kali kepada seorang teman dan sekali lagi dalam pertemuan ini, saya pikir itu bukan cara yang baik pada seorang teman dan partner yang baik," tegasnya. 

Zelenskyy mengatakan perdebatan itu tidak baik apalagi sampai diketahui oleh publik melalui liputan media. 

"Saya selalu terbuka pada media, tapi ada hal-hal yang sensitif. Saya ingin jujur dan saya ingin partner kami memahami situasi kami secara benar, dan saya juga ingin mengetahui keadaan dengan benar, itulah tentang kami," ungkapnya. 

Zelensky menekankan bahwa Ukraina menginginkan perdamaian tetapi harus berada dalam “posisi yang kuat” dalam perjanjian perdamaian yang potensial, dengan alasan bahwa negaranya membutuhkan jaminan keamanan yang langgeng—poin yang sering menjadi perdebatan dalam perundingan, karena Trump mengatakan keanggotaan NATO (North Atlantic Treaty Organization) untuk Ukraina tidak akan terjadi.

Dilansir oleh Forbes, Presiden Ukraina tersebut juga menanggapi seruan agar dia mengundurkan diri yang disampaikan oleh Senator Lindsey Graham, RS.C. yang biasanya mendukungnya, dengan menutup komentar Graham dan mengatakan kepada Baier bahwa hanya rakyat Ukraina yang dapat memutuskan siapa yang menjadi presiden.

Zelenskyy mengatakan dia yakin bisa memperbaiki hubungannya dengan Trump setelah pertengkaran itu dan mengatakan kemitraan antara AS dan Ukraina melampaui hubungan kepresidenan, merujuk pada dukungan yang diterima Ukraina dari beberapa warga negara Amerika.

Ketika ditanya apakah Ukraina dapat menang dalam perang melawan Rusia tanpa dukungan Amerika, Zelenskyy mengatakan itu akan sulit, tetapi tetap optimis dan mencatat dukungan finansial yang terus diterima Ukraina dari mitra Eropa.

Inti dari diskusi antara Zelenskyy dan Trump pada hari Jumat adalah kemitraan pengembangan mineral antara AS dan Ukraina. Kesepakatan itu, yang tidak memiliki jaminan keamanan eksplisit untuk Ukraina, dipandang sebagai langkah menuju perjanjian damai antara Ukraina dan Rusia, dan dirancang untuk memberikan bentuk pembayaran kembali atas dukungan finansial AS terhadap perang Ukraina. 

Zelenskyy, Trump, dan Wakil Presiden JD Vance terlibat dalam pertengkaran di Ruang Oval yang mengesampingkan kemajuan kesepakatan tersebut, dengan Zelenskyy menolak kesepakatan potensial Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dengan mengutip ketidakandalan Putin dengan kesepakatan diplomatik sebelumnya.

Vance menuduh Zelenskyy tidak menghormati pemerintahan Trump dan mendesak presiden Ukraina untuk berterima kasih kepada Trump atas upaya perdamaiannya. Trump dan Zelenskyy telah memiliki hubungan yang tegang selama beberapa waktu, dengan gesekan baru-baru ini antara kedua presiden terwujud setelah Trump mengatakan Zelenskyy tidak boleh terlibat dalam pembicaraan damai untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina. 

Trump, yang timnya baru-baru ini berbicara dengan pemerintahan Putin tanpa keterlibatan Ukraina, juga menyebut Zelenskyy sebagai " diktator tanpa pemilu ," memprovokasi Zelenskyy, yang memenangkan 73 persen suara dalam pemilu Ukraina tahun 2019, untuk menyatakan bahwa Trump menirukan propaganda Rusia (Ukraina menyelenggarakan pemilu presiden setiap lima tahun tetapi menunda pemilu tahun 2024 karena perang dengan Rusia).

Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.