Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Rabu, 04 Des 2024, 06:33 WIB

Yuk Mampir ke Kampung Lumpia Surabaya

Kasno tengah menggoreng lumpia pesanan.

Foto: Koran Jakarta/ Selocahyo

SURABAYA - Selama ini kuliner Kota Surabaya identik dengan Soto Madura, Tahu Tek, Nasi Bebek dan Rawon. Sementara lumpia, gorengan barbalut tepung dengan isian rebung, telur, wortel, dan daging dikenal sebagai jajanan khas Semarang dan Ujung Pandang. 

Tapi mungkin banyak yang tidak tahu kalau ternyata gorengan laksana karpet digulung ini juga banyak dijumpai di Surabaya. Pedagang lumpia akan mudah ditemukan di sekitar jalan Kusuma Bangsa, menggunakan "rombong" sepeda. 

Penyuka kuliner dapat membeli sepotong lumpia pada penjual-penjual yang berjajar ini dengan harga yang cukup bersahabat, dua ribu lima ratus rupiah. 

Setelah ditelusuri, ternyata hampir semua lumpia yang beredar di Surabaya berasal dari satu lokasi yang dikenal sebagai "Kampung Lumpia".

Sejatinya Kampung Lumpia sama dengan kampung-kampung lainnya. Dengan lebar jalan terbatas, mengharuskan  pengendara sepeda motor untuk turun dan menuntun, kampung tersebut berada di Jalan Ngaglik Gang 5, atau populer dengan sebutan Ngaglik gang kuburan. 

Julukan kampung lumpia muncul karena sebagian besar warga berprofesi sebagai pembuat lumpia. 

Jika di pemukiman lain warganya masih menarik selimut, tidak demikian di kampung ini. Sejak pukul 3 pagi warga sudah mulai sibuk, bergotong royong memproduksi lumpia. Mereka berbagi tugas, ada yang belanja ke pasar induk, membuat adonan, memotong sayuran, hingga menggoreng di wajan-wajan ukuran raksasa. 

Adalah Kasno, tokoh atau inisiator yang mengawali warga membuat jajanan ini. Setiap hari Kasno bersama para pegawainya bisa menghasilkan 7.000 hingga 10.000 biji lumpia.

"Kami tidak pernah berhenti, sejak dini hari sampai siang, kadang-kadang sampai pukul 2 sudah mulai masak," tuturnya. 

"Lumpia kami m dibuat dengan bahan-bahna yang segar, mulai dari kulit lumpia, wortel,  tauge, sampai bumbu saus kita ramu di sini." 

Dia mengisahkan, awal mula warga bergulat dengan lumpia karena lokasi kampung itu yang berdekatan dengan GOR 10 November Surabaya. Stadion legendaris kebanggaan Arek Suroboyo ini kerap menjadi ajang tempat pertandingan sepak bola dengan kesebalasan favorit masyarakat seperti Niac Mitra hingga Persebaya. 

Dari berbagai gelaran pertandingan, Kasno melihat peluang usaha. Sekitar tahun 1990-an ia memberanikan diri untuk memulai membuat lumpia yang ia jajakan di sekitar stadion, menarget para penonton yang butuh jajanan. 

"Awalnya kalau ada pertandingan hanya membuat 500 biji. Akhirnya keterusan semakin banyak," tuturnya. 

Seiring bertambahnya pesanan, swkitar tahun 2000-an Kasno mulai mengajak warga  untuk ikut membuat lumpia. 

"Saya senang warga bisa punya penghasilan. Ada yang membantu, ada juga yang akhirnya membuat sendiri, hingga sekarang dikenal sebagai kampung lumpia," pungkasnya. 

Bagi penyuka lumpia dapat langsung menikmati jajanan ini "hot from oven". Dengan harga kulak yang lebih murah, pengunjung dapat menikmati sepotong lumpia hangat dengan daun bawang, plus saus manis gurih seharga 1.800 rupiah. 

Redaktur: Selocahyo Basoeki Utomo S

Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.