WHO Sempat Pakai Data Palsu untuk Hentikan Uji Klinis
Hydroxychloroquine
Surgisphere didirikan Sapan Desai pada 2008 untuk menerbitkan buku pelajaran. Tidak ada yang tahu perusahaan itu tiba-tiba menjadi pemilik bank data internasional yang berisi 96.000 pasien dan 1.200 RS di seluruh dunia.
Berdasarkan data yang diberikan oleh Surgisphere itu, Lancet pada 22 Mei menerbitkan sebuah studi yang menyatakan bahwa obat antimalaria hydroxychloroquine, memiliki hubungan dengan tingkat kematian yang lebih tinggi pada pasien Covid-19. Inilah salah satu alasan mengapa WHO sempat menghentikan uji coba klinis obat hydroxychloroquine.
Klaim studi Lancet segera dianggap serius di seluruh dunia. Banyak portal media menggembar-gemborkannya. Sampai-sampai imbauan Presiden AS, Donald Trump, yang merekomendasikan hydroxychloroquine sebagai obat Covid-19, ditolak oleh publik.
Banyak Kesalahan
Ternyata, banyak kesalahan dan penipuan yang dilakukan Surgisphere. Ketika The Guardian Australia menghubungi lima rumah sakit di Melbourne dan dua di Sydney, mereka menyangkal ikut penelitian, Bahkan, mereka menyatakan tidak pernah dihubungi Surgisphere. RS di Australia itu juga mengaku tidak pernah memberikan data untuk penelitian itu. Jumlah kematian karena Covid-19 di Australia oleh Surgisphere juga tidak sesuai dengan data pemerintah negara itu.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Khairil Huda
Komentar
()Muat lainnya