Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pandemi Global

WHO Optimistis 2023 Tak Lagi Menjadi Darurat Covid-19

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atauWorld Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Rabu (14/12), mengatakan bahwa ia "optimistis" pandemi Covid-19 tidak lagi menjadi darurat kesehatan global pada tahun depan.

"Pekan lalu, kurang dari 10.000 orang kehilangan nyawa mereka. Itu masih terlalu banyak dan masih banyak hal yang semua negara bisa lakukan untuk menyelamatkan nyawa masyarakat. Tapi, kita sudah membuat kemajuan yang begitu besar. Kami optimistis pada tahun depan, kita akan bisa mengatakan bahwa Covid bukan lagi darurat kesehatan global," ungkap Ghebreyesus dalam jumpa pers di Jenewa.

Dikutip dari Voice of America, WHO bertemu setiap beberapa bulan sekali untuk memutuskan apakah virus korona yang muncul tiga tahun lalu di Wuhan, dan telah membunuh lebih dari 6,6 juta orang itu tetap merupakan "darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional" atau Public health emergency of international concern (PHEIC).

Penetapan status itu dimaksudkan untuk memicu tanggapan internasional yang terkoordinasi dan dapat membuka akses pendanaan untuk berkolaborasi dalam pembagian vaksin dan pengobatan.

Ketika ditanya kondisi seperti apa yang diperlukan untuk mengakhiri status itu, ahli epidemiologi senior WHO, Maria Van Kerkhove, mengatakan masih banyak hal yang harus dilakukan.

"Jika ada sebagian besar populasi yang belum divaksinasi, seluruh dunia masih punya banyak pekerjaan rumah," kata Direktur Kedaruratan WHO, Mike Ryan, saat menjawab pertanyaan yang sama.

Bukan pencabutan Nol-Covid

Ryan juga menyatakan bahwa lonjakan kasus Covid -19 di Tiongkok saat ini terjadi jauh sebelum Beijing memutuskan untuk meninggalkan kebijakan nol-Covid-nya, menepis anggapan bahwa kebijakan baru yang berbeda 180 derajat itu menjadi penyebab lonjakan kasus.

Dia mengatakan virus itu "secara intensif" menyebar di negara itu jauh sebelum pencabutan pembatasan.

"Ada narasi saat ini bahwa Tiongkok mencabut pembatasan dan mendadak penyakit ini menjadi tidak terkendali," katanya.

"Penyakit itu menyebar secara intensif karena saya yakin tindakan pengendalian saja tidak menghentikan penyakit ini. Dan saya yakin Tiongkokmemutuskan secara strategis kebijakan nol Covid bukan lagi pilihan terbaik," tambahnya.

"Tantangan bagi Tiongkokuntuk mengendalikan virus ini adalah memastikan cukup banyak orang yang divaksinasi," katanya.

Kegembiraan di Tiongkokatas perubahan dalam kebijakan yang memungkinkan orang tinggal bersama pengidap virus dengan cepat memudar di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang lonjakan infeksi karena populasi tidak memiliki "kekebalan massa" dan tingkat vaksinasi di kalangan orang tua rendah.

Mulai Selasa kemarin, Tiongkok juga resmi berhenti melacak aktivitas perjalanan yang berpotensi mengurangi kemungkinan orang dipaksa masuk karantina karena mengunjungi tempat-tempat yang parah dilanda Covid-19.

Lebih lanjut, perbatasan internasional Tiongkok sebagian besar hari ini masih ditutup dan tidak ada pernyataan mengenai kapan restriksi akan dilonggarkan terhadap para pengunjung domestik maupun dalam negeri yang ingin bepergian ke luar negeri.

Menurut data dariDashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University pada Rabu (14/12).Kasus Covid-19 hari inidi dunia menembus angka 650.352.919, dengan penambahan 13.806.538 kasus dalam 28 hari terakhir.

Angka kematian tercatat 6.656.158orang akibat infeksicovid-19, dengan penambahan 41.604 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksinyang sudah disuntikkan mencapai 13.100.220.763 dosis.SB/VOA/and


Redaktur : andes
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top