WHO Menyerukan Pertemuan Darurat untuk Membahas Penyebaran Mpox
Ayah enam anak, Jean Kakuru Biyambo, 48 tahun, dirawat karena penyakit mpox di Republik Demokratik Kongo, pada 16 Juli.
Foto: istimewaJENEWA - Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia atauWorld Health Organisation (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada hari Rabu (7/8), menyerukan pertemuan darurat bgai para ahli internasional di tengah meningkatnya kekhawatiran atas virus mpox.
"Komite darurat WHO akan bertemu sesegera mungkin untuk memberinya nasihat tentang apakah wabah ini merupakan keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional," ujar Tedros, yang menekankan mpox telah menyebar ke luar Republik Demokratik Kongo.
Dikutip dari The Straits Times, keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional merupakan peringatan tertinggi yang dapat dibunyikan WHO dan memungkinkan Tedros untuk memicu tanggapan darurat berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional.
Sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, mpox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia oleh hewan yang terinfeksi yang juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak fisik yang dekat.
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo, menyebabkan demam, nyeri otot dan lesi kulit besar seperti bisul.
Pada bulan Mei 2022, infeksi mpox melonjak di seluruh dunia, sebagian besar memengaruhi pria gay dan biseksual, karena subklade (subkelompok taksonomi yang dengan satu leluhur yang sama) Clade IIb.
Wabah ini menyebabkan WHO mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat internasional atauinternational public health emergency (PHEIC) yang berlangsung dari Juli 2022 hingga Mei 2023. Wabah ini kini sebagian besar telah mereda.
Sejak September 2023, jenis mpox yang berbeda, subklade Clade Ib, telah melonjak di Kongo.
Pada 11 Juli, Tedros mengatakan, lebih dari 11.000 kasus dan 445 kematian telah dilaporkan di negara Afrika raksasa itu pada tahun 2024, dengan anak-anak sebagai kelompok yang paling banyak terkena dampak. Penyakit tersebut telah menyebar ke negara-negara tetangga.
PHEIC telah dideklarasikan hanya tujuh kali sejak 2009: terkait flu babi H1N1, virus polio, Ebola, virus Zika, Ebola lagi, Covid-19 dan mpox.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Selocahyo Basoeki Utomo S
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Selama 2023-2024, ASDP Kumpulkan 1,72 Ton Sampah Plastik
- 2 Kemenperin Desak Produsen Otomotif Tiongkok di Indonesia Tingkatkan Penggunaan Komponen Lokal
- 3 Jepang Siap Dukung Upaya RI Wujudkan Swasembada Energi
- 4 Irena Sebut Transisi Energi Indonesia Tuai Perhatian Khusus
- 5 Perkuat Kolaborasi, PM Jepang Dukung Indonesia untuk Jadi Anggota Penuh OECD
Berita Terkini
- Musyawarah Kadin Indonesia Siap Digelar, Arsjad Rasjid Pertahankan Keutuhan Organisasi
- Ini Rekap Transfer Liga Prancis
- Ini Kata Jens Raven Soal Kluivert dan Indonesia ke Piala Dunia
- Ternyata Ini yang Dilakukan Pembunuh Sandy Permana untuk Hilangkan Jejak
- Kepulauan Seribu Akan Bangun Tanggul Cegah Abrasi