Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penyakit Menular

WHO Ingatkan Masyarakat Jangan Menganggap Ringan Omicron

Foto : BEHROUZ MEHRI / AFP

BELUM BERAKHIR I Warga bermasker di Distrik Shibuya, Tokyo, Rabu (19/1). WHO menegaskan pandemi Covid-19 masih belum berakhir dan memperingatkan bahwa varian Omicron tetap memiliki risiko.

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan pandemi Covid-19 masih belum berakhir, jauh dari selesai, dan memperingatkan bahwa varian Omicron tetap memiliki risiko. Masyarakat jangan menganggap ringan Omicron.

"Pandemi ini belum berakhir," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada wartawan dari Kantor Pusat WHO, di Jenewa, Selasa (18/1).

Tedros memperingatkan agar seluruh pihak tidak menganggap ringan varian virus korona Omicron, yang telah menyebar seperti api di seluruh dunia, sejak pertama kali terdeteksi di Afrika selatan pada November.

Varian Omicron dari Covid-19 jauh lebih mudah menular daripada jenis sebelumnya, tetapi dinilai menyebabkan gejala yang kurang serius. Hal itu telah memicu perdebatan, apakah virus tersebut berada di ambang peralihan dari fase pandemi menjadi penyakit endemik, yang dapat hidup bersama umat manusia, dengan implikasi bahwa bahaya akan berlalu.

Tetapi, WHO telah memperingatkan bahwa banyaknya orang yang terinfeksi akan berarti banyak orang masih jatuh sakit parah dan sekarat.

"Peningkatan kasus secara eksponensial, terlepas dari tingkat keparahan varian individu, mengarah pada peningkatan rawat inap dan kematian yang tak terhindarkan," kata Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan.

Tedros sepakat dengan Ryan, mengecam anggapan bahwa pandemi akan berakhir. "Omicron mungkin kurang parah, rata-rata, tetapi narasi bahwa itu adalah penyakit ringan, sangat menyesatkan. Jangan salah, Omicron menyebabkan rawat inap dan kematian, dan bahkan kasus yang tidak terlalu parah membanjiri fasilitas kesehatan," katanya.

Dia mengatakan ada indikasi bahwa lonjakan kasus Covid-19 yang dipicu Omicron mungkin telah mencapai puncaknya di beberapa negara.

"Memberi harapan bahwa yang terburuk dari gelombang terbaru ini selesai, tetapi belum ada negara yang keluar dari kesulitan," ujar dia.

Kebutuhan Mendesak

Tedros mengatakan ada kebutuhan mendesak untuk menghilangkan tekanan pada sistem kesehatan, terutama di negara-negara yang masih memiliki cakupan vaksinasi yang rendah. "Sekarang bukan waktunya untuk menyerah dan mengibarkan bendera putih," katanya.

"Kami masih dapat secara signifikan mengurangi dampak gelombang saat ini dengan berbagi dan menggunakan alat kesehatan secara efektif, dan menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial yang kami tahu berhasil," ungkap dia.

Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove, mengatakan sekitar 45.000 kematian akibat penyakit itu masih terdaftar di seluruh dunia setiap minggu. "Itu seharusnya tidak terjadi, karena kami memiliki alat-alat di tangan," katanya kepada wartawan.

Data menunjukkan vaksin Covid-19 yang ada kurang efektif dalam melindungi dari penularan Omicron, dibandingkan dengan jenis sebelumnya. Beberapa perusahaan farmasi sedang dalam proses membuat vaksin yang ditujukan untuk varian tersebut, tetapi WHO mengatakan itu belum tentu jalan keluar dari krisis.

Sementara gagasan vaksin spesifik varian mungkin menarik, Kepala Ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, memperingatkan itu membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk dikembangkan.

"Bahayanya adalah Anda akan selalu mencoba mengejar ketinggalan dengan varian berikutnya. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih baik, mungkin mencoba mengembangkan apa yang disebut vaksin multivalen atau idealnya, memiliki vaksin pan-coronavirus," kata dia.

Sementara itu, WHO menekankan vaksin yang ada masih berfungsi dengan baik untuk melindungi dari perkembangan penyakit Covid-19 yang parah, menegaskan kembali pentingnya memastikan akses yang lebih luas dan lebih adil ke vaksin.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top