Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Persaingan Global

WHO Belum Yakin Kemanjuran Vaksin Sputnik V Produksi Russia

Foto : HANDOUT / RUSSIAN DIRECT INVESTMENT FUND / AFP

VAKSIN SPUTNIK V I Seorang perawat Filipina memperlihatkan vaksin virus Covid-19, Sputnik V, yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology, Russia, beberapa waktu lalu. Presiden Filipina, Rodrigo Duterte telah menyatakan kesediannya menjadi “kelinci percobaan” uji coba kemanjuran vaksin Sputnik V ini.

A   A   A   Pengaturan Font

JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) belum bisa memberi jaminan kemanjuran vaksin virus Covid-19, Sputnik V, yang diproduksi Russia. Menurut WHO, vaksin Sputnik V itu masih harus melewati tahap prakualifikasi.

"Kami berhubungan erat dengan otoritas kesehatan Russia dan diskusi sedang berlangsung sehubungan dengan kemungkinan prakualifikasi vaksin WHO. Tetapi sekali lagi, prakualifikasi vaksin apa pun mencakup tinjauan dan penilaian yang cermat dari semua data keamanan dan kemanjuran yang diperlukan," kata juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, dalam jumpa pers di Swiss, seperti dilansir Associated Press, Rabu (12/8).

Peneliti rekanan senior di Universitas Southampton, Michael Head, juga meragukan kemanjuran vaksin Sputnik V. Dia menduga vaksin itu hanya diuji ke beberapa orang, dan pemerintah Russia dinilai terlalu terburu-buru dalam menyetujui vaksin itu.

Menurut standar dunia, uji klinis tahap tiga sebuah vaksin harus melibatkan sekitar 10 ribu orang dan memakan waktu berbulan-bulan. Tahap itu juga dinilai menjadi satu-satunya tahapan eksperimen untuk menguji apakah vaksin itu aman dan manjur.

Sebagai perbandingan, uji tahap akhir vaksin di Amerika Serikat mewajibkan untuk diuji coba kepada 30 ribu relawan.

Penasihat Gugus Tugas Penanganan virus korona AS, Anthony Fauci, juga meragukan klaim Presiden Russia, Vladimir Putin, yang menyetujui penggunaan vaksin virus korona.

"Saya berharap Russia benar-benar membuktikan secara definitif bahwa vaksin itu aman dan efektif. Saya sangat meragukan bahwa mereka melakukan itu," kata Fauci.

Ia mengatakan bahwa memiliki vaksin dan membuktikan bahwa vaksin aman dan efektif untuk digunakan oleh pasien merupakan dua hal yang berbeda.

"Kami memiliki setengah lusin atau lebih vaksin. Jadi, jika kita ingin mengambil kesempatan untuk menyakiti banyak orang atau memberi mereka sesuatu yang tidak berhasil, kita bisa mulai melakukan ini. Anda tahu, kita bisa melakukannya pekan depan jika mau, tapi bukan seperti itu cara kerjanya," jelas Fauci.

Putin pada Selasa (11/8) mengatakan telah menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 yang dikembangkan Russia, dan bahkan telah diuji oleh salah satu putrinya. Ia mengatakan putrinya ikut ambil bagian dalam pengembangan dan telah menerima dua suntikan vaksin.

Menurut Putin, putrinya memiliki suhu 38 derajat Celcius di hari pertama vaksin disuntikkan, kemudian turun menjadi sekitar 37 derajat esok harinya. Setelah suntikan kedua, dia kembali mengalami sedikit peningkatan suhu, tapi kemudian semuanya kembali normal.

"Dia merasa sehat dan tingkat antibodinya tinggi," kata Putin.

Russia menyatakan akan segera memproduksi massal vaksin Covid-19 itu dan menghasilkan beberapa juta dosis per bulan pada awal tahun depan.

Sementara itu Menteri Kesehatan Russia, Mikhail Murashko mengklaim bahwa vaksin virus korona mereka sudah benar-benar siap dan aman. Keraguan berbagai pihak terhadap vaksin tersebut, kata Murashko, hanyalah wujud iri.

"Tuduhan bahwa vaksin virus korona kami tidak siap dan tidak aman itu tak berdasar dan lebih didorong atas rasa kompetisi," ujar Murashko.

Berbagai pihak menganggap Putin memperlakukan pencarian vaksin virus korona seperti perlombaan di zaman Perang Dingin dengan Amerika dan Tiongkok sebagai pesaing. Oleh karenanya, siapa yang berhasil menyediakannya terlebih dahulu, akan dianggap sebagai pimpinan secara global. SB/AFP/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S, AFP

Komentar

Komentar
()

Top