Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Normalisasi Moneter | Pelemahan Rupiah saat Ini Lampaui Asumsi di APBN 2021

Waspadai Langkah "Hawkish" The Fed

Foto : ISTIMEWA

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed akan terus meningkatkan suku bunga acuan sekitar 50 basis poin (bps) hingga 75 bps per bulannya ke level 3,5 persen pada akhir tahun ini. Kemungkinan tersebut seiring pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang akan menaikkan suku bunga di atas netral agar inflasi mampu dikembalikan ke level dua persen.

"Tapi, itu mungkin bukan merupakan titik terakhir," kata Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI di Jakarta, Kamis (19/5).

Saat ini inflasi di negeri Paman Sam masih berada di level sangat tinggi, yakni 8,4 persen.

Secara historis, Menkeu menjelaskan tekanan inflasi tinggi di AS selalu direspons dengan kenaikan suku bunga acuan yang tinggi pula.

Bahkan, kemungkinan akan diikuti dengan kontraksi balance sheet The Fed yang akan menyebabkan pengetatan likuiditas lebih dalam lagi.

Salah satu contohnya yakni pada 1974 di mana inflasi AS mencapai 12,3 persen sehingga suku bunga acuan dinaikkan menjadi 13 persen, begitu pula pada 1980 saat inflasi melonjak menjadi 14,8 persen dan bunga acuan dinaikkan menjadi 20 persen.

Namun saat suku bunga acuan AS meningkat cukup tinggi, dia menuturkan biasanya pertumbuhan ekonomi di negeri Adidaya cenderung menjadi negatif, bahkan terjadi resesi.

"Ini adalah yang disebut fenomena stagflasi dan merupakan risiko baru yang sangat kompleks," ungkap Bendahara Negara tersebut.

Bersiap Diri

Pada kesempatan sama, DPR RI memperingatkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) harus bersiap menghadapi langkah hawkish The Fed ke depan.

"Sejujurnya, kami meragukan jika Fed ke depan akan terus memompa suku bunga acuan hingga 2,5 persen sampai 3,0 persen. Namun kita tetap harus bersiap diri," ucap Ketua Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Said Abdullah.

Said menjelaskan kenaikan suku bunga acuan The Fed sebesar 50 basis poin menjadi 0,75 persen hingga 1,0 persen pada pertemuan bulan ini sudah memberikan dampak yang cukup signifikan kepada Indonesia, khususnya melalui nilai tukar rupiah.

"Dalam Undang-Undang APBN, rupiah ditargetkan sebesar 14.300 rupiah per dollar AS, sedangkan beberapa hari terakhir rupiah ada di atas 14.500 rupiah per dollar AS dan berpotensi terus melemah," ungkapnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail

Komentar

Komentar
()

Top