Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Waspadai Kekurangan Protein Hewani dalam MPASI Bisa Sebabkan Stunting

Foto : Istimewa

Ilustrasi- Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) ke bayi di bawah tiga tahun.

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Prevalensi angkat tengkes atau stunting di Indonesia saat ini mencapai 24,4 persen. Meskipun angka ini telah menurun dari tahun sebelumnya, namun masih jauh dari target pemerintah hingga sebesar 14 persen pada 2024.

Dokter Spesialis Anak dan Guru Besar FKUI Prof dr Damayanti Rusli Sjarif mengatakan, kurangnya asupan gizi pada anak menjadi penyebab stunting. Dalam hal perbaikan asupan gizi anak ini, Damayanti mengakui masih banyak kendala yang ditemui di masyarakat, salah satunya adalah makanan pendamping ASI (MPASI) yang diberikan kepada anak tidak tepat.

Masih banyak ditemukan kesalahan pemberian MPASI oleh masyarakat. "Kita bisa lihat di sosial media. Dikasih buah-buahan, pure, dalam 14 hari. Kita sudah kehilangan (protein hewani)," katanya melalui siaran pers Rabu (23/2)

Ia menegaskan, bahwa belum banyak yang memahami bahwa bayi seharusnya tetap harus mendapatkan protein hewani. Komposisi MPASI yang baik itu serupa dengan ASI yang memiliki kandungan baik bagi otak.

"Kalo kita melihat MPASI yang baik itu lihatlah komposisi dari ASI. Karena itu, Tuhan sudah mengajarkan kita itu komposisi yang sesuai dengan otak," paparnya.

Zat yang dibutuhkan dalam MPASI sendiri adalah protein hewani yang bisa dijumpai dari bahan makanan yang berasal dari hewan, seperti telur, ayam, dan ikan dan susu. "Telur, itu sudah dibuktikan di beberapa negara ternyata berhasil. Selain itu susu adalah bahan yang baik untuk MPASI dan mengandung protein hewani," jelasnya.

Sebelumnya pada Selasa (23/2), Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2022 mengungkapkan, stunting selain mempengaruhi masa depan anak juga menimbulkan kerugian yang besar terhadap negara.

"Sekitar 2-3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) hilang per tahun akibat stunting. Dengan jumlah PDB Indonesia tahun 2020 sekitar 15.000 triliun rupiah, maka potensi kerugian akibat stunting mencapai 450 triliun rupiah per tahun," katanya.

Lebih lanjut, Ma'ruf menegaskan permasalahan stunting harus ditangani secara serius karena bukan hanya menimbulkan kegagalan tumbuh kembang secara fisik namun juga mental. "Padahal, human capital sangat menentukan keberhasilan pembangunan. Bila nyaris 30 persen anak Indonesia stunting, artinya 30 persen kekuatan pembangunan Indonesia di masa depan terancam hilang," tegas Ma'ruf.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top