Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Waspada! Anak dengan Alergi Lebih Berisiko Alami Stunting, Begini Penjelasannya

Foto : Istimewa

Ilustrasi

A   A   A   Pengaturan Font

Dokter Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi dari Universitas Airlangga, Zahrah Hikmah mengingatkan, pentingnya memperhatikan asupan makanan untuk anak. Sebab, anak yang memiliki alergi lebih berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang atau stunting.

"Satu, penghindaran makanan dengan protein tinggi dalam jangka waktu lama lalu penghindaran tanpa dasar yang jelas," kata Zahrah, dikutip dari Antara, Rabu (31/5).

Anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang sangat membutuhkan asupan protein tinggi. Namun bila sudah dipantang sejak dini maka kebutuhan protein yang tidak tercukupi itu dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Lebih lanjut, dokter yang juga merupakan anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu juga mengatakan bahwa jika orang tua terlalu lama menerapkan pantangan makan pada anak, hal ini bisa menyebabkan penurunan napsu makan.

Umumnya alergi pada anak akan timbul pada malam hari sehingga hal tersebut pun juga bisa mengganggu jam tidurnya. Dengan demikian, kondisi ini pun dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Zahrah juga menjelaskan bahwa stunting sering terjadi pada anak alergi di bawah usia 3 tahun, sehingga jika dibiarkan maka akan lebih sulit mengejar pertumbuhannya seperti anak stunting yang didapatkan sejak awal.

"Dampak stunting itu dia bisa memperlambat perkembangan otak. Dampak jangka panjangnya bisa gangguan mental loh. Rendah kemampuan belajar kemudian ada risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas," ucapnya.

Oleh sebab itu, Zahrah pun menganjurkan agar orang tua bisa mendeteksi penyebab alergi anak sejak dini. Jika lokasi tempat tinggal jauh dari rumah sakit yang menyediakan dokter anak alergi atau dokter spesialis anak, maka Zahrah menyarankan agar orang tua melakukan diet eliminasi.

"Mereka bisa melakukan diet eliminasi selama 3 minggu. Kemudian lakukan provokasi. Kalau sudah diketahui penyebabnya, maka hindari selama 3 sampai 6 bulan. Penghindaran daripada makanan ini harus berdasarkan hasil diet eliminasi dan provokasi. Jadi jangan dieliminasi terlalu lama. Kalau 3 minggu membaik, harus diprovokasi," ujar Zahrah.

Menurut Zahra risiko malnutrisi dan stunting lebih besar terjadi pada anak yang memiliki banyak pantangan makanan dan dalam jangka waktu yang lama. Makin lama dipantang, maka risiko gangguan tumbuh kembangnya juga lebih tinggi.

Terakhir, Zahrah juga mengingatkan agar makanan pengganti pada anak alergi pun harus sesuai. Kemudian, pemantauan penambahan berat dan tinggi badan juga diperlukan.

"Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk memeriksakan secara rutin kondisi anak yang memiliki alergi," tutur Zahra.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top