Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik Filipina

Warga Peringati Tergulingnya Rezim Marcos

Foto : AFP/TED ALJIBE

Peringatan “People Power” l Seorang demon­stran memegang poster yang bertuliskan menentang kembalinya keluarga Marcos ke tampuk kekuasaan saat peringatan 36 tahun gerakan “People Power” yang berhasil menggulingkan diktator Ferdinand Marcos Sr di Quezon City, Jumat (25/2).

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Ribuan warga Filipina pada Jumat (25/2) Februari) turun ke jalan untuk memperingati gerakan pemberontakanPeople Poweryang berhasil menggulingkan kekuasaan mendiang diktator Ferdinand Marcos Sr pada 1986.

Warga berkumpul karena tak ingin keluarga Marcos kembali berkuasa setelah putra mantan diktator yaitu Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr unggul dalam jajak pendapat pilpres yang akan digelar hanya 10 pekan lagi.

Tiga puluh enam tahun setelah ayahnya digulingkan dan diasingkan, Bongbong Marcos berhasil mendapat banyak dukungan untuk duduk di kursi kepresidenan. Saingannya yaitu Leni Robredo, wakil presiden petahana, tertinggal 44 poin dalam survei terbaru.

Pada kampanye yang digelar Jumat (25/2), Robredo, berusaha untuk menjatuhkan Bongbong Marcos dengan memperingatkan warga Filipina akan kembalinya kediktatoran dan matinya demokrasi.

"Saya tidak bisa menahan amarah saya. Dia (Bongbong Marcos) dengan bangga berbicara tentang ayahnya. Kami harus menjelaskan kepada semua orang bahwa rakyat Filipina pernah mengusir Marcos Sr," kata Felix Dalisay, 69 tahun, yang mengaku pernah mengalami siksaan selama berkuasanya pemerintahan Marcos.

Diantara warga yang turun ke jalan, terlihat membawa poster bertuliskan "Tolak Marcos" dan "Kembalikan kekayaan yang dicuri", sementara yang lain menari di sebuah acara peringatan gerakanPeople Poweryang diselenggarakan oleh para penyintas era darurat militer Marcos Sr.

Unjuk rasa berlangsung di sebuah monumen di jalan raya Manila yang dikenal secara lokal sebagaiEpifanio de los Santos Avenue(EDSA), di mana lebih dari satu juta orang pernah berdemonstrasi pada 1986 untuk mengusir diktator Marcos Sr.

Tak Pernah Minta Maaf

Presiden Marcos sempat berkuasa selama dua dekade di Filipina. Saat selama satu dekade menerapkan keadaan darurat militer, ribuan lawan politiknya dipukuli dan disiksa, dihilangkan atau dibunuh.

Keluarga Marcos hidup bergelimang harta dan dituding telah menilep uang sekitar 10 miliar dollar AS dari bank sentral dan uang itu dibelanjakan untuk membeli real estat, perhiasan, dan karya seni Pablo Picasso dan Claude Monet. Sekitar 3,4 miliar dollar AS telah berhasil dipulihkan.

Meskipun pernah digulingkan, keluarga Marcos tetap menjadi salah satu kekuatan politik terkaya dan paling berpengaruh di Filipina, dan kini Bongbong Marcos unggul dalam hasil jajak pendapat independen terbaru.

Popularitas Bongbong Marcos mencuat di kalangan generasi warga Filipina yang lahir setelah pemerintahan ayahnya, dan upaya untuk mendiskualifikasi dia karena telah melakukan tindak kejahatan pajak sejauh ini telah dihentikan oleh komisi pemilihan umum Filipina.

Dalam kampanyenya, Bongbong Marcos Jr berjanji untuk menciptakan persatuan di Filipina dan ia selalu menghindar berkomentar tentang kekejaman selama pemerintahan ayahnya, yang menurut para pengkritiknya pihak keluarga Marcos tidak pernah meminta maaf atau mengakui kekejaman itu.

Dalam beberapa bulan terakhir, Bongbong Marcos Jr menggambarkan ayahnya sebagai idolanya dan seorang pria yang memiliki visi yang jelas untuk negara selama "zaman keemasan". SB/ST/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top