Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Antisipasi Bencana - Gunung Anak Krakatau Masih Berstatus Waspada

Warga Lebak Diminta Waspadai Cuaca Buruk

Foto : ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas

Warga berjalan menerobos banjir di Rangkasbitung, Lebak, Banten, beberapa waktu lalu.

A   A   A   Pengaturan Font

LEBAK - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Banten meminta masyarakat di daerah ini meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak hujan lebat disertai angin kencang untuk pengurangan risiko kebencanaan.

"Kita berharap warga waspada cuaca buruk selama sepekan ke depan," kata Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Lebak Agus Reza Faisal di Lebak, Kamis (10/2).

Peringatan kewaspadaan itu sehubungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini prakiraan hujan lebat disertai kilat dan angin kencang.

BMKG menyebut bibit Siklon Tropis 93S terpantau di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa Barat yang membentuk daerah konvergensi yang terpantau memanjang dari Samudra Hindia barat Bengkulu hingga selatan Banten dan di Samudera Hindia selatan Jawa Barat.

Siklon tropis itu menimbulkan cuaca buruk dan berpotensi mengakibatkan banjir, longsor dan puting beliung.

BPBD Lebak hingga saat ini terus menyampaikan imbauan kepada masyarakat agar waspada menghadapi dampak cuaca buruk itu.

Selain itu, imbauan kepada pengemudi kendaraan agar menghentikan perjalanan jika terjadi hujan lebat disertai angin kencang untuk menghindari pohon tumbang. Saat ini, di tepi jalan banyak pohon yang sudah usia tua.

Ancaman Bahaya

Sementara itu, Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral saat ini masih menetapkan status waspada untuk Gunung Anak Krakatau walaupun beberapa waktu lalu sempat terjadi aktivitas vulkanik.

Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono mengatakan pihaknya terus melakukan evaluasi data secara menyeluruh untuk melakukan estimasi potensi ancaman bahaya dari gunung api tersebut. "Gunung Anak Krakatau belum perlu kenaikan status," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, kemarin.

Eko menyampaikan bahwa pihaknya masih perlu melakukan analisis data terlebih dahulu untuk mengetahui keterkaitan aktivitas Gunung Anak Krakatau dengan gempa bumi yang sempat terjadi di Banten.

Berdasarkan data pemantauan yang dilakukan Badan Geologi, terdapat tekanan berlebihan atau overpressure di Gunung Anak Krakatau sudah terjadi sebelum gempa Banten.

Gunung Anak Krakatau secara karakteristik identik dengan Gunung Honga Tonga di Kepulauan Tonga yang menimbulkan kejadian tsunami pada Januari 2022.

Namun, Eko menjelaskan bahwa berdasarkan data pemantauan kemungkinan hal tersebut terjadi di Gunung Anak Krakatau sangat kecil karena beberapa alasan. Pertama, volume intrusi magma di Gunung Anak Krakatau saat ini belum besar yang terindikasi dari seismik, deformasi, dan kandungan gas belerang dioksida.

Kedua, ketinggian puncak Gunung Anak Krakatau saat ini kurang dari 100 meter, sedangkan pada tahun 2018 lalu ketinggian puncaknya melebihi 300 meter. Lereng yang tidak stabil itu menyebabkan longsor atau runtuh.

Badan Geologi telah melakukan beberapa langkah untuk menghadapi erupsi Gunung Anak Krakatau, yaitu mengirimkan tim tanggap darurat untuk mengevaluasi data secara komprehensif.

Kemudian, Badan Geologi juga melakukan koordinasi dengan BMKG dan BPBD terkait penguatan pemantauan Gunung Anak Krakatau, analisis potensi bencana.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top