Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Warga Kota di Tiongkok Keluhkan Perilaku "Beijing Bikini"

Foto : AFP/GREG BAKER

PERILAKU SERAMPANGAN l Seorang pria di Kota Jinan, Tiongkok, mempraktekkan perilaku “Beijing Bikini” di jalan umum, beberapa waktu lalu. Perilaku yang jadi tren di kalangan pria terutama saat musim panas itu, jadi sorotan di Tiongkok karena perilaku itu saat ini dianggap tak beradab.

A   A   A   Pengaturan Font

Selama bertahun-tahun, pihak berwenang di Tiongkok mencoba melarang segala bentuk perilaku dengan alasan "tidak beradab." Contohnya mereka berusaha menghentikan kebiasaan meludah di muka umum, menyeruput sup dengan suara yang amat keras, melarang menyeberang jalan sembarangan, serta menyerobot antrean.

Saat ini larangan perilaku tidak beradab yang ramai dipermasalahkan yaitu gaya berpakaian serampangan yang dikenal dengan sebutan "Beijing Bikini" yang kerap dipraktekkan di berbagai kota terutama saat musim panas.

Istilah "Beijing Bikini" mengacu pada gaya berpakaian kaum pria di Tiongkok yang menggulung kaos mereka sampai di atas perut dan memperlihatkan kebuncitan perut mereka.

Tren ini didasari oleh teori pengobatan tradisional Tiongkok dengan mengekspos bagian badan depan seseorang untuk membantu mengeluarkan energi "chi" yang panas di organ internal. Alasan ini menjadikan kita bisa menemukan banyak kaum pria paruh baya di taman-taman bahkan di jalanan di Tiongkok melakukan aksi "Beijing Bikini".

Namun saat ini pihak berwenang di sejumlah kota di Tiongkok melarang aksi tersebut secara meluas dengan alasan hal itu tidak pantas. Contohnya Kota Jinan yang menyatakan akan menindak manula atau pria paruh baya yang tidak berpakaian dengan benar di tempat umum terutama di taman, alun-alun, bus, blok komersial, dan daerah lain yang padat penduduk.

Menurut pemerintah Kota Jinan, bertelanjang dada dan melepas sepatu di tempat umum adalah kejahatan terburuk. Mereka juga telah meminta dinas-dinas kota, media dan organisasi masyarakat untuk turut menegakkan adab kesopanan tidak dilanggar.

Seorang reporter untuk Jinan Daily yang ditugaskan untuk meliput hal ini mengatakan bahwa banyak kaum pria yang masih melakukan hal tersebut dan menganggap hal itu biasa saja. "Mereka merasa tak masalah bertelanjang dada untuk menikmati kesejukan dan mereka tidak tahu hal itu merupakan hal yang tidak sopan," laporan reporter itu pada pekan lalu.

Saat ini di Jinan, siapapun yang tertangkap basah melakukan "Beijing Bikini", akan diberi peringatan lisan. "Penalti bukanlah tujuan akhir," kata seorang pejabat Jinan seperti dikutip harian Youth Beijing. "Kami hanya ingin orang lebih memperhatikan perilaku antisosial semacam ini," imbuh dia.

Sementara itu di kota pelabuhan Tianjin dan Kota Shenyang, telah diberlakukan peraturan bagi siapapun yang melanggar perilaku tidak pantas seperti melakukan "Beijing Bikini", akan dikenai denda hingga 30 dollar AS.

Banyak komentar di media sosial Weibo, mendukung berbagai upaya pemerintah itu sehingga mereka merekomendasikan untuk mempromosikan upaya ini secara nasional. "Saya tidak tahan lagi. Mereka menjadikan tempat-tempat umum sebagai rumah mereka sendiri. Seolah-olah mereka mengambil langit sebagai selimut mereka dan Bumi menjadi tempat tidur mereka," kata seorang pendukung.

Namun ada juga yang mengecam upaya itu sebagai tidak relevan atau diskriminatif. "Tidak ada yang salah dengan menjadi bertelanjang dada. Nenek moyang kita dari generasi sebelumnya melakukan ini. Pemerintah harus lebih memperhatikan peningkatan kesejahteraan rakyat," kata seorang anonim di Weibo.

Sementara itu di Beijing, kaum pria yang kerap melakukan "Beijing Bikini" mencemooh gagasan pelarangan perilaku itu.

"Itu bukan masalah besar. Itu hanya kebiasaan kita. Kita harus melakukan ini ketika sedang panas," kata seorang pria bermarga Fu. "Kami bertelanjang dada karena kami harus tenang," imbuh dia, sementara dari dalam toko istrinya berteriak "Itu tidak beradab!".

Tanggapan yang berlawanan datang dari seorang instruktur tari bernama Lily Huang. "Saya sangat mendukung larangan (Beijing Bikini) ini, karena mereka harus menghormati orang lain," kata Lily, setelah membaca laporan dari Jinan, mencatat bahwa itu berlaku tidak hanya untuk perut tetapi juga untuk semua ketelanjangan yang tidak pantas. "Saat berada di lingkungan luar, mereka tidak boleh telanjang dada dan berjalan-jalan di depan umum," pungkas dia. ang/WashingtonPost/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top