Warga Didorong Produksi 'Eco Enzyme'
Sejumlah botol yang berisi eco enzyme yang bisa dijadikan cairan pembersih, Jakarta, Rabu (5/10/2022).
Foto: ANTARA/Luthfia Miranda PutriJAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendukung warga membuat enzim ramah lingkungan (eco enzyme) untuk mengelola sampah dari kulit buah dan sayur menjadi cairan pembersih.
"Kita kolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup DKI untuk sosialisasi kepada warga mengenai pengelolaan sampah organik menggunakan eco enzyme," kata Meidy Widiyanto, anggota Komunitas TKJKU Hijau saat ditemui di Jakarta Recycle Center (JRC) Pesanggrahan, Senin (17/10).
Meidy menuturkan eco enzyme merupakan cairan pembersih dari hasil pemanfaatan sampah organik yang ramah lingkungan lantaran menggunakan limbah dari bahan alami. Cara pembuatan eco enzyme terbilang mudah dan bisa dilakukan di rumah. Hanya dengan mencampurkan air, gula merah, dan sampah organik, dalam perbandingan 10 : 1 : 3.
Kemudian, pencampuran sampah organik dikumpulkan dalam satu wadah yang difermentasi selama tiga bulan. Nanti, air akan diambil sebagai cairan pembersih eco enzyme. Ampasnya dikeringkan untuk dibuat pewangi atau pupuk. Pemakaian eco enzyme bisa digunakan membersihkan peralatan memasak, lantai, pestisida, hingga sabun mandi.
Dengan eco enzyme bisa membantu mengurangi sampah organik yang mayoritas bersumber dari limbah rumah tangga. "Karena kita komunitas nirlaba, tidak diperjualbelikan. Biasanya kita sosialisasi di RW dengan mengajarkan membuat eco enzyme sendiri di rumah," tuturnya.
Maggot
Sementara itu, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan mengajarkan budi daya maggot (larva lalat black soldier) guna mengurangi volume sampah rumah tangga yang dikirimkan ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang.
Caranya, siapkan jaring kawat 90 x 1,5 meter persegi membentuk kandang. Kemudian taruh kayu bekas dan tebarkan bibit maggot hingga mereka kawin. Telurnya akan nempel di kayu," kata Kepala Satuan Pelaksana Lingkungan Hidup Kecamatan Pesanggrahan, Ariyanto di Jakarta.
Ariyanto menjelaskan, setelah bertelur, bisa diambil dan dibiarkan menetas sehingga lahir maggot yang bisa dibuat pakan ternak dan bisnis lainnya. Kegiatan ini dilakukan guna mengurangi pengiriman sampah ke TPST Bantar Gebang.
"Kami menerima ratusan ton sampah per hari. Program budi daya maggot ini salah satu cara mengurangi beban TPST Bantar Gebang," ujarnya.
Ariyanto menambahkan, budi daya maggot bisa memiliki nilai jual karena bisa sebagai pakan ternak. Dia sebagai penyuluh mendampingi dan memberikan bibit maggot. Lalu mengajarkan cara budi daya hingga monitoring pengelolaan sampah para warga.
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- Dubes RI untuk Belanda: Dukungan BNI pada KMILN Tegaskan Posisinya sebagai Bank Global
- IDI Kabupaten Banyumas Bagikan Cara Tepat Obati Penyakit Tekanan Darah Tinggi yang Efektif
- IDI Jawa Tengah BagikanTips Kesehatan Cara Cepat Hamil Setelah Haid
- Khofifah - Emil Ajak Pendukung Doa Bersama dan Sukseskan Pilgub Jatim
- Ditjen Hubdat Lakukan Sosialisasi Keselamatan pada Pengemudi Angkutan Barang