Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Warga di Bukit Matantimali Itu Segera Dapat Aliran Listrik

Foto : istimewa

Bantu Membangun PLTMH - Sejumlah warga Desa Lewara, Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, membantu membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), di daerah tersebut, baru-baru ini.

A   A   A   Pengaturan Font

Sebagian warga Desa Lewara, Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, akan segera menikmati aliran listrik. Desa yang berada di bukit Matantimali dengan ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut ini memang belum dapat aliran listrik PLN karena memang kondisinya terpencil. Desa ini berjarak sekitar 90 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, Palu.

Untuk mencapai lokasi tersebut dapat dijangkau dengan perjalanan darat selama satu jam menggunakan mobil dari pusat Kota Palu hingga akses jalan terakhir yang dapat dilewati mobil di Desa Matantimali. Selanjutnya, perjalanan ke Lewara harus ditempuh dengan ojek khusus selama 30 menit melalui jalan setapak berbatu selebar satu meter.

Menyusuri jalanan yang tidak rata penuh dengan tanjakan, turunan, dan kelokan tajam di sepanjang lereng Gunung Matantimali dan sisi lain jurang yang cukup dalam menambah berat perjalanan menuju Desa Lewara. Sementara pada musim hujan, jalanan semakin sulit dilewati karena bukit rawan longsor.

Kondisi ini mendorong tim peneliti Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di daerah tersebut. Pembangunan PLTMH dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik yang selama ini belum terlayani oleh PLN karena lokasi yang terpencil.

Tim dari UGM tersebut adalah Suprapto Siswosukarto, Bambang Yulistiyanto, Aris Sunantyo, dan Prajitno. Mereka memulai membangun PLTMH dengan memanfaatkan aliran Sungai Lewara sebagai pembangkit listrik. Pengembangan PLTMH dimulai Februari 2017, ditargetkan selesai pada akhir Desember 2017.

Desa Lewara terdiri dari lima dusun yang seluruhnya belum mendapatkan aliran listrik dari pemerintah. Pembangkit listrik yang dibangun UGM ini berada sekitar 200 meter dari pemukiman penduduk, tepatnya di Dusun I Lewara yang memiliki 100 keluarga dengan penduduk sekitar 300 jiwa. Memanfaatkan aliran Sungai Lewara yang memiliki debit kritis 90-100 liter per detik dirancang dapat mengaliri listrik untuk 100 keluarga.

"Kami manfaatkan aliran Sungai Lewara untuk pembangkit listrik dengan kapasitas 10 Kilowatt. Dalam tahap awal akan dialirkan ke 100 rumah sehingga masing-masing mendapat aliran listrik sebasar 100 watt," kata Ketua Tim Peneliti UGM, Suprapto Siswosukarto, di Yogyakarta, belum lama ini.

Bekerja Sama

Prapto menyampaikan warga Lewara telah lama memimpikan menikmati aliran listrik. Untuk itu, melalui program Community Resilience and Economic Development, UGM bekerja sama dengan pemerintah Selandia Baru berupaya membangun daerah tertinggal di Indonesia timur, salah satunya menghadirkan listrik bagi masyarakat Lewara.

"Adanya PLTMH ini tidak hanya untuk menghadirkan listrik bagi warga saja, namun mampu meningkatkan pengembangan potensi ekonomi masyarakat," kata Prapto.

Masyarakat Lewara tergolong miskin dengan tingkat pendidikan rendah. Mayoritas bekerja sebagai petani kakao, kopi, jagung, dan cengkeh dengan penghasilan kurang dari satu juta rupiah per bulan. Ketiadaan listrik semakin mempersulit warga untuk berkembang. Dengan adanya listrik diharapkan dapat mendukung kegiatan warga sehingga mampu meningkatkan perekonomian mereka.

Warga Kampung I Lewara, Naji (53 tahun), menuturkan warga Lewara sudah lama mengharapkan kehadiran listrik. Namun hingga saat ini, mereka belum dapat menikmati listrik secara langsung. Sudah 72 tahun Indonesia merdeka, tetapi Lewara belum merdeka. Setiap malam warga hidup dalam gelap, hanya bisa memandang dari kejauhan kelap-kelip lampu di Kota Palu.

Untuk penerangan di malam hari, selama ini warga menggunakan lampu dari minyak tanah. Dalam beberapa tahun terakhir, sebagian kecil ada yang menggunakan genset dan panel surya. Dengan genset untuk menyalakan lampu dari pukul 18.00-23.00 Wita membutuhkan dua liter bensin, sementara harga bensin di wilayah ini 10 ribu per liter.

Dengan demikian, pemilik genset harus mengeluarkan 600 ribu per bulan untuk penerangan. "Kami senang dan bersyukur dengan pembangunan PLTMH ini, semoga bisa segera menikmati listrik," kata Naji.

Kepala Desa Lewara, Yude, menyambut gembira pembangunan PLTMH yang dilakukan UGM. Dengan adanya listrik akan membawa kemajuan dan mengembangkan potensi usaha di masyarakat, seperti pengolahan hasil perkebunan, bengkel sepeda, dan lainnya.

n YK/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top