Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pesta Demokrasi

Warga AS Pilih Anggota Legislatif

Foto : AFP/Frederic J BROWN

Berikan Hak Suara l Para pemilik hak suara dari Kota Norwalk, California, Amerika Serikat (AS), memberikan hak suaranya lebih awal di Kantor Panitera Wilayah Los Angeles, pada Senin (5/11). Pada Selasa (6/11), seluruh warga AS yang telah memiliki hak suara, bisa memberikan suaranya lewat pemilu sela secara langsung dan serentak di seluruh negeri.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Warga Amerika Serikat (AS), pada Selasa (6/11) mulai memberikan hak suaranya dalam pemilu sela untuk memilih anggota legislatif. Selain untuk menentukan anggota legislatif, pemilu sela ini juga akan jadi ujian bagi Presiden AS, Donald Trump, karena suara rakyat AS akan menilai dukungan dan kinerja Presiden AS dalam dua tahun masa jabatannya melalui jumlah anggota Kongres yang terpilih.

"Ada 435 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat, 35 kursi diantara 100 kursi Senat, 39 jabatan gubernur untuk 36 negara bagian dan 3 wilayah AS dari total 50 negara bagian, serta banyak kursi di badan legislatif negara di seluruh negeri yang diperebutkan dalam pemilu sela ini," demikian pernyataan Komisi Pemilu AS.

Saat ini Partai Republik yang mendukung Presiden Trump menguasai mayoritas kursi di Senat dan DPR. Jika Partai Republik gagal mempertahankan prestasi ini, maka akan terjadi kebuntuan politik terutama bagi menggolkan kebijakan politik yang amat ambisius yang didengungkan Presiden AS.

Namun berdasarkan sejumlah jajak pendapat, kubu Demokrat berpeluang besar meraih banyak kursi di DPR dan majelis rendah di Kongres, sementara kubu Republik akan tetap mempertahankan mayoritas kursinya di Senat.

Kampanye Trump

Walau Trump tak ikut serta dalam pemilu sela ini, namun ia amat fokus mengamati keseluruhan jalannya pesta demokrasi ini. Dengan menggunakan pesawat jet pribadi, Trump pada Senin (5/11) bahkan melakukan kampanye politik terakhir di 3 negara bagian sebelum pemilu digelar.

"Agenda Partai Republik merupakan impian bagi warga AS," kata Trump saat berkampanye di Cape Girardeau, Missouri. "Kalian harus raih takdir kalian sebagai warga Amerika," imbuh dia pada para pendukungnya.

Dalam setiap kampanyenya, Trump selalu mengumbar janji pada para pendukungnya bahwa mereka akan "menang, menang, dan menang".

Dalam kampanyenya, Trump juga mengecam kubu Demokrat seputar isu imigrasi dalam sebuah kampanye di Chattanooga baru-baru ini. "Demokrat hendak mengundang kafilah demi kafilah terdiri dari orang ilegal membanjiri negara kita," kata Trump. "Tak ada negara yang bisa membiarkan perbatasannya dimasuki, itu adalah invasi."

Sementara itu kubu Demokrat semakin optimistis dengan peluang mereka merebut kembali kendali di DPR. Pekan lalu, pemimpin Demokrat di DPR, Nancy Pelosi, meramalkan hal itu akan terjadi.

Demokrat memperoleh bantuan dari tokoh-tokoh terkemuka mereka termasuk mantan Presiden Barack Obama, yang berkampanye di Illinois. "Ketika memilih Illinois, Anda bisa menampik jenis politik seperti itu. Kalau Anda ikut serta dalam proses politik, Anda bisa mencegah perilaku buruk. Ketika memberi suara, Illinois, Anda harus memilih harapan ketimbang ketakutan," kampanye Obama.

Jajak pendapat menunjukkan Demokrat paling prihatin dengan layanan kesehatan dan ekonomi, sementara perhatian pihak Republik terpusat pada imigrasi. Tetapi pakar dari Brookings Institution, John Hudak, mengatakan jelas bahwa Trump sendiri merupakan isu bagi kedua partai itu sepanjang tahun ini.

"Ini presiden yang ingin pemilihan sela menjadi referendum atas dirinya, karena dia berpendapat dirinya sangat populer dan ini akan membuat pihak Republik bisa mencapai garis akhir," kata Hudak.

"Biasanya pemilihan sela memukul partai presiden," komentar John Fortier dari Bipartisan Policy Center di Washington DC. "Saya berpendapat kali ini tidak berbeda. Demokrat akan sukses meraih kendali DPR, jabatan gubernur, dan juga badan legislatif tingkat negara bagian," ucap Fortier.

Popularitas Trump yang rendah juga jadi keprihatinan Republik. Real Clear Politics memperoleh temuan, popularitas Trump hanya 43 persen. Sedangkan 53 persen tidak menyukainya. AFP/VoA/I-

Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top