Kamis, 28 Nov 2024, 02:59 WIB

Wapres Duterte Tuduh Presiden Berupaya Menyingkirkannya

Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr (tengah) berdiri berdampingan dengan Wapres Sara Duterte (kiri) saat keduanya berada di gedung MPR di Quezon City, pada Juli 2022.

Foto: AFP/Aaron Favila

MANILA  - Wakil Presiden Filipina, Sara Duterte, pada Rabu (27/11) menuding Presiden Ferdinand Marcos Jr berusaha memecatnya dari jabatannya, setelah polisi nasional mengajukan pengaduan resmi yang menuduhnya melakukan penyerangan dan pemaksaan.

Dalam perkembangan terbaru dalam pertikaian dramatis antara dua keluarga politik berpengaruh itu, polisi mengatakan bahwa Wapres Duterte terlibat dalam insiden baru-baru ini di majelis rendah kongres dan di sebuah rumah sakit di mana dia bertanggung jawab atas penyerangan langsung, pembangkangan, dan pemaksaan berat.

Sara Duterte, putri mantan Presiden Rodrigo Duterte, telah menjadi subjek penyelidikan kongres atas pengeluarannya sebagai wakil presiden dan menteri pendidikan, di mana ia menghindari pertanyaan, berulang kali berselisih dengan anggota parlemen dan membantah telah melakukan kesalahan.

Kemarahan memuncak ketika salah seorang ajudannya ditahan di kompleks majelis rendah dan dipindahkan ke rumah sakit pemerintah untuk mendapatkan perawatan medis, sementara tim keamanan Duterte dituduh oleh polisi telah mendorong seorang petugas polisi.

“Polisi Nasional Filipina (PNP) tetap teguh dalam komitmennya untuk menegakkan keadilan dan memastikan bahwa semua individu bertanggung jawab di bawah hukum, terlepas dari jabatan mereka,” kata kepala Kepolisian Nasional Filipina, Rommel Francisco Marbil.

Duterte mengatakan dalam konferensi pers bahwa tuduhan tersebut tidak masuk akal.

“Saya yakin kita telah mencapai titik yang tidak bisa kembali,” kata dia saat menanggapi hubungannya dengan Presiden Marcos Jr. “Jelas bahwa mereka benar-benar mengincar saya. Mereka ingin menyingkirkan saya dari kekuasaan,” imbuh dia.

Sebelumnya Duterte telah terlibat dalam pertikaian sengit dengan Marcos Jr dan sepupunya, Ketua DPR Martin Romualdez, sejak runtuhnya aliansi tangguh antara dua keluarga kuat mereka yang membantu Marcos Jr memenangkan pemilu 2022 dengan selisih yang besar.

Pada Sabtu (23/11) lalu, Duterte mengatakan bahwa ia telah menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh presiden, istrinya, dan Romualdez, seandainya ia sendiri terbunuh, yang memicu teguran keras dari Marcos Jr.

Pejabat penegak hukum telah memanggil Duterte untuk diinterogasi terkait pernyataan tersebut pada Selasa (26/11), yang menurutnya telah diambil di luar konteks untuk menciptakan narasi palsu bahwa nyawa Marcos Jr dalam bahaya, dan menyebut pernyataannya sebagai tindakan balas dendam bersyarat.

Meningkatnya pertikaian antara dua pejabat senior Filipina ini terjadi hanya selang beberapa pekan setelah ayah Duterte, mantan Presiden Rodrigo Duterte, menjadi subjek penyelidikan legislatif maraton terkait ribuan pembunuhan selama kampanye perang melawan narkoba semasa berkuasa antara tahun 2016-2022.

Pergantian Pengawal

Sementara itu dilaporkan bahwa pasukan keamanan Filipina pada Rabu telah mengganti pengawal Wapres Duterte, beberapa hari setelah kementerian kehakiman meluncurkan penyelidikan atas dugaan ancaman pembunuhan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr.

Namun keputusan untuk pergantian pengawalan Duterte, yang merupakan gabungan tentara dan polisi, terkait dengan penyelidikan terpisah, kata juru bicara kepolisian dan panglima militer negara itu kepada wartawan.

Duterte saat ini tetap menjadi pengganti konstitusional Marcos Jr jika Presiden Filipina itu tidak dapat menyelesaikan masa jabatan enam tahunnya. Namun saat ini Duterte tengah menghadapi penyelidikan di DPR yang dipimpin Romualdez atas dugaan penyalahgunaan dana pemerintah senilai jutaan dollar.

Baik Romualdez maupun Duterte secara luas diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2028. AFP/ST/I-1

Redaktur: Ilham Sudrajat

Penulis: AFP

Tag Terkait:

Bagikan: