Wajar Petani Menikmati Harga Beras Tinggi
Pedagang beras menyiapkan dagangannya di Pasar Oesapa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu (18/9/2024). Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur mencatat pada Agustus 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,22 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebasar 105,09.
Jakarta - Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Yadi Sofyan Noor menilai bahwa hal wajar apabila petani menikmati harga beras tinggi karena merupakan hasil jerih payah mereka selama bercocok tanam.
Yadi turut menanggapi pernyataan World Bank yang menyatakan bahwa harga beras Indonesia jauh lebih tinggi karena petani kurang sejahtera. Baginya, hal itu merupakan pernyataan yang salah besar.
"Justru saya bertanya apa kontribusi World Bank untuk beras Indonesia? Faktanya, tingginya harga beras menunjukkan daya beli petani dalam kondisi baik. Ini juga merupakan sinyal bagus untuk petani yang terus berproduksi," kata Yadi dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Yadi menilai tingginya harga beras di Indonesia merupakan sinyal yang sangat bagus bagi para petani yang setiap hari terus berproduksi. Dengan begitu, petani bisa menikmati hasil keringatnya sendiri.
"Saat ini di lapangan harga GKP (gabah kering panen) antara Rp6.500 (per kilogram) sampai dengan Rp7.000 (per kg). Jadi, masih aman. Kalau urusan beras sudah urusan penggilingan padi dan pedagang," ujar Yadi.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya