Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penyebaran Penyakit

Virus Flu Burung Masih Jadi Ancaman Nasional

Foto : istimewa

PENGUKUHAN GURU BESAR - Peneliti unggas dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Michael Haryadi Wibowo, pada pidato pengukuhan guru besar, di ruang Balai Senat UGM, Yogyakarta, Selasa (9/7).

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Wabah penyakit Avian Influenza (AI) atau lebih dikenal dengan nama flu burung menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi dan masih menjadi ancaman nasional. Hal itu karena flu burung menyebabkan penurunan produksi telur ayam, burung puyuh, dan itik petelur serta menyebabkan kematian tinggi di berbagai spesies unggas.

"Masih munculnya persoalan penyebaran penyakit AI di industri perunggasan hingga sampai saat ini disebabkan akibat mulai kendurnya atau bahkan diabaikannya praktik biosekuriti," kata peneliti unggas dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Michael Haryadi Wibowo, pada pidato pengukuhan guru besar, di ruang balai senat UGM, Yogyakarta, Selasa (9/7).

Hingga Maret 2019 berdasarkan data dari jejaring Influenza Virus Monitoring (IVM) online sebanyak 87.532 sampel masuk yang terdiagnosis penyakit AI, namun terkonfirmasi sebanyak 4,348 kasus. Haryadi mencontohkan pada tingkat operasional di lapangan banyak dijumpai kotak telur dan keranjang ayam broiler yang keluar masuk farm tanpa perlakuan desinfeksi secara memadai.

Padahal, tambah Haryadi, sejumlah prosedur pengamanan diperlukan untuk membatasi kontak agen penyebab penyakit dengan unggas. Sanitasi dan desinfeksi mempunyai peran penting menurunkan populasi virus AI di kandang karena dapat merusak amplop virus. Faktor lain yang tidak kalah penting, menurut Haryadi, adalah lalu lintas unggas yang sejauh ini belum dapat sepenuhnya dikendalikan.

Kurangi Risiko

Transportasi unggas dari farm ke pasar unggas hidup dan depo penjualan ayam hidup yang berasal dari berbagai lokasi, umur, dan spesies unggas memungkinkan terjadi penularan dan propagasi virus AI. "Mata rantai lalu lintas tersebut perlu mendapatkan penanganan tersendiri untuk mengurangi risiko penularan persistensi dan infeksi virus AI," kata Haryadi,

Ia menegaskan strategi vaksinasi saat ini masih menjadi pilihan dalam menanggulangi penyakit AI. Sebab vaksinasi selama ini dipandang sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit AI dan mengurangi populasi unggas peka. "Jika unggas divaksinasi diharapkan dapat mencegah kematian, menekan penyebaran virus ke lingkungan, dan menjaga produktivitas," terangnya.

Namun, tambah Haryadi, vaksin yang sering digunakan di Indonesia merupakan vaksin inaktif yang ber-adjuvant minyak dan diproduksi pada telur ayam berembrio. Sebenarnya sudah banyak dilaporkan bahwa penggunaan vaksin in-aktif virus utuh di negara endemis sering mengalami kegagalan vaksinasi. Kegagalan vaksin tersebut disebabkan kuantitas antigen tidak memadai dan ketidakcocokan antara seed vaksin dan virus yang bersirkulasi.YK/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top