Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
WAWANCARA

Vincent Piket Dorong Pemulihan Sosio-Ekonomi Eropa akibat Korona

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Pandemi yang belum diketahui ujung berakhirnya itu telah membuat sosio-ekonomi negara-negara Eropa yang tergabung dalam Uni Eropa mengalami keterpurukan. Setelah menyebabkan 130 ribuan jiwa meninggal, kini negara-negara anggota Uni Eropa mulai melakukan pelonggaran pembatasan sosial dengan protokol kesehatan yang ketat.

Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan serta peran Uni Eropa dalam menghadapi pandemi korona, wartawan Koran Jakarta, Aloysius Widiatmaka, berkesempatan mewawancarai Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket, baru-baru ini. Berikut petikan wawancara selengkapnya.

Bapak Dubes dapat menggambarkan situasi terakhir Eropa terkait pendemi virus korona?

Negara-negara anggota Uni Eropa sudah mulai melakukan pelonggaran pembatasan sosial, namun secara bertahap dan dengan sikap berhati-hati. Puncak pandemi sudah berlalu berkat tindakan pencegahan yang tegas oleh negara-negara Anggota dan oleh Uni Eropa secara kolektif. Sekarang, jutaan orang akan kembali ke tempat kerja mereka. Pusat perbelanjaan, perusahaan jasa, dan tempat umum lainnya mulai dibuka. Para pelajar juga mulai kembali sekolah. Tetapi, ini semua berlangsung secara bertahap dan berdasarkan protokol medis, higenis, dan jaga jarak.

Kegiatan perjalanan di dalam kawasan Eropa juga perlahan-lahan kembali pulih. Negara-negara Anggota sudah mulai membuka kembali perbatasan mereka dan memulihkan transportasi untuk penumpang. Namun, pembatasan perjalanan ke Uni Eropa bagi warga non-Uni Eropa untuk sementara belum dicabut.

Apa saja dampak pandemi ini terhadap kehidupan masyarakat Eropa?

Pertama-tama, pandemi ini menyebabkan sekitar 130.000 korban jiwa di seluruh Uni Eropa. Ini adalah kerugian yang tak tergantikan. Selain korban manusia, ada dampak sosio-ekonomi yang berat. Kami memperkirakan penurunan ekonomi sebesar 7 persen, sebanyak sembilan juta orang kehilangan pekerjaan dan perusahaan-perusahaan terjerat utang.

Bagi individu, mereka terpaksa mengurung diri di rumah selama berminggu-minggu, tanpa dapat menikmati aktivitas biasanya seperti ke bioskop, olahraga, belanja, dan kumpul-kumpul. Bekerja dan studi secara daring telah menjadi norma bagi banyak perusahaan maupun universitas. Kondisi ini tidak mungkin berubah dalam semalam, untuk sementara waktu inilah new normal (kebiasaan baru).

Apakah pandemi mengganggu hubungan internal Uni Eropa?

Tidak terganggu. Jelas Uni Eropa lengah di awal terjadinya pandemi ini. Kami tidak siap. Pada awalnya terjadi kelangkaan pasokan barang-barang medis penting, seperti pakaian pelindung diri dan alat tes. Masalah akut ini diatasi dengan tiga cara. Pertama, dengan adanya solidaritas dari negara-negara anggota yang sedikit terdampak ke negara-negara yang paling terkena dampak, yaitu dengan menyumbangkan peralatan medis, mengirimkan tim dukungan medis dan dengan merawat pasien dari negara-negara anggota lainnya.

Kedua, Uni Eropa mengambil langkah-langkah kolektif, misalnya pengaturan stok peralatan medis, penciptaan greenlines atau jalur hijau untuk menjaga agar perdagangan di dalam kawasan Uni Eropa tetap berjalan lancar, dan Dana Solidaritas untuk bantuan medis.

Ketiga, Uni Eropa memutuskan menyediakan bantuan finansial besar-besaran untuk menyerap goncangan ekonomi langsung: sejauh ini 940 miliar euro. Secara paralel, negara-negara anggota juga telah mengumpulkan dana untuk ini: 2,4 triliun euro. Jadi, secara keseluruhan kami telah mengumpulkan hampir 3,4 triliun euro. Ini menunjukkan bahwa Uni Eropa bersatu dengan sangat kuat.

Sektor apa saja yang paling terdampak (rata-rata tiap anggota Uni Eropa)?

Tentunya sektor kesehatan yang paling terpukul dan menanggung beban terberat akibat pandemi ini. Untuk masa depan, kami harus memikirkan dengan seksama mengenai bagaimana meningkatkan ketahanan sektor medis untuk krisis seperti saat ini.

Selain itu, sektor jasa sangat terpukul: transportasi, pariwisata dan rekreasi, penerbangan, serta sektor kreatif dan budaya. Sektor otomotif maupun makanan dan minuman juga termasuk yang paling terdampak. Untuk itu, Uni Eropa menyediakan bantuan darurat untuk pertanian, perikanan, dan budi daya perairan atau akuakultur.

Apa peran Uni Eropa dalam penanganan pandemi korona di Eropa?

Berdasarkan hukum Uni Eropa, tanggung jawab utama untuk kesehatan masyatakat berada pada negara-negara anggota. Uni Eropa, dipimpin oleh Komisi Eropa, bertugas untuk mengoordinasi tanggapan bersama Eropa bilamana diperlukan.

Selama pandemi ini, Uni Eropa misalnya telah mengambil tindakan terhadap ekspor ilegal peralatan medis serta telah menyelenggarakan persediaan stok peralatan tersebut. Uni Eropa juga membantu penelitian vaksin dan perawatan medis senilai 474 juta euro. Kami mengalihkan pula anggaran sebesar 20 miliar euro untuk membantu negara-negara anggota yang kurang mampu dalam melaksanakan tanggap Covid, khususnya aspek sosial. Ada 500 miliar euro untuk mendukung perusahaan dan orang-orang yang menganggur selama krisis sampai ekonomi pulih kembali.

Mengenai mobilitas, selain jalur hijau untuk perdagangan lintas batas, Uni Eropa mengeluarkan pula panduan untuk memastikan para pekerja dapat bebas melakukan perjalanan, terutama di sektor perawatan kesehatan dan pangan. Selain itu, berkat dukungan logistik dan konsuler Uni Eropa, sebanyak 500.000 turis Uni Eropa yang terdampar di luar negeri telah kembali ke rumah dengan selamat.

Pemimpin Eropa menyepakati koleksi dana sekitar satu triliun euro atau sekitar 17 ribu triliun rupiah untuk membangkitkan perekonomian akibat pandemi. Apa proposal Uni Eropa seperti yang mereka minta?

Presiden Komisi Eropa akan mengajukan proposal tersebut dalam minggu mendatang. Dana tidak hanya ditujukan untuk menyerap guncangan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi. Ini juga bertujuan untuk memberi dorongan baru bagi strategi ekonomi jangka panjang Uni Eropa. Ada dua sasaran utama: pertama, membuat ekonomi kami lebih tangguh, termasuk dengan melakukan investasi besar di bidang digitalisasi dan konektivitas. Kedua, membuat ekonomi kami lebih hijau dengan maksud agar kami bisa mencapai ekonomi sirkuler dan netralitas karbon pada tahun 2050. Menurut saya, proposal tersebut akan mendapat dukungan kuat dari negara-negara anggota Uni Eropa.

Sektor mana saja yang menjadi prioritas diperbaiki?

Ekonomi Uni Eropa menghadapi potensi kontraksi sebesar 7,4 persen untuk tahun ini, yang berarti lebih buruk dibanding apa yang kami alami saat krisis finansial 2009. Rencana ambisius untuk pemulihan sedang digodok. Sektor yang menjadi prioritas adalah sektor yang paling terpukul seperti kesehatan, makanan dan minuman, otomotif, pariwisata, transportasi dan penerbangan. Tetapi, Uni Eropa juga akan memprioritaskan ekonomi hijau dan strategi digital. Bila pandemi tetap terkendali dan kita dapat secara bertahap melonggarkan pembatasan sosial, para pakar kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan naik 6 persen pada 2021.

Ketua Panel Sains Uni Eropa, Mauro Ferrari, sampai mundur karena kesal melihat negara-negara Eropa tak bekerja sama atasi pandemi. Sebenarnya bagaimana negara-negara Eropa mengatasi pandemi? Apakah mereka benar sendiri-sendiri/ tak bekerja sama?

Tanggapan Uni Eropa terhadap Covid-19 sangat kuat dan berjangkauan luas, mencakup sisi medis maupun aspek ekonomi, sosial, penelitian, mobilitas dan konsuler. Kami telah menempuh banyak langkah hanya dalam beberapa bulan. Sekarang, kami perlu bertahan dan tidak bersantai: virusnya masih ada, belum ada vaksin dan pembukaan kembali ekonomi dan sosial kita baru saja dimulai. Banyak pekerjaan yang masih ada di depan kami, tetapi setidak-tidaknya kami sekarang telah memiliki dasar yang kuat.

Bagaimana perkembangan peran Uni Eropa terhadap Indonesia?

Hubungan Uni Eropa dengan Indonesia sangat kuat. Walaupun COVID-19 telah mengganggu beberapa kegiatan, berbagai kemajuan tetap tercapai. Pada bulan Februari, kami mengadakan pertemuan Komite Bersama dan kami tetap melaksanakan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA).

Untuk Uni Eropa, prioritas utama untuk kerja sama masa depan adalah agenda hijau. Alasannya sederhana: sementara kita bergulat dengan krisis Covid-19, jangan sampai hal ini membuat kita mengabaikan kenyataan bahwa krisis perubahan iklim ada di hadapan kita. Di Eropa, kami meluncurkan EU Green Deal atau Kesepakatan Hijau Uni Eropa untuk mencapai ekonomi sirkuler dan netralitas karbon pada tahun 2050. Namun, kami menyadari bahwa upaya ini hanya akan berhasil jika semua pemain global bekerja sama. Uni Eropa melihat Indonesia sebagai mitra yang sangat diperlukan dalam upaya ini. Maka dari itu kami ingin bekerja sama dengan Indonesia dalam menciptakan agenda hijau yang strategis. Bagi kami, itu termasuk upaya menentukan dan menyepakati masukan-masukan untuk pertemuan multilateral tentang keanekaragaman hayati dan iklim yang akan berlangsung akhir tahun ini dan awal tahun berikutnya.

Saya berharap pasca-Covid kita akan lebih sering mengandalkan kerja sama secara virtual untuk melengkapi pertemuan fisik. Pengalaman kami dengan itu selama beberapa minggu terakhir sebenarnya sudah cukup baik. Misalnya, pada 9 Mei kami merayakan Europe Day atau Hari Eropa. Pada tanggal tersebut dan sebelum serta sesudahnya kami mengadakan serangkaian acara daring yang mempromosikan kerja sama ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan adanya acara daring, partisipasi orang bahkan lebih banyak tahun ini dibandingkan tahun lalu. Tentu saja, komunikasi virtual tidak akan dapat menggantikan tatap muka secara langsung. Hal ini tetap diperlukan.

Apa peran Uni Eropa dalam penanganan COVID-19 di Indonesia?

Uni Eropa telah memobilisasi 20 juta euro untuk mendukung respons Indonesia terhadap pandemi ini. Salah satu proyek kami adalah menyalurkan hibah senilai enam juta euro kepada LSM-LSM untuk mendukung kelompok-kelompok rentan yang terkena dampak krisis Covid-19. Hibah lain, senilai 10 juta euro akan diperuntukkan dua rumah sakit universitas yang juga merupakan rumah sakit rujukan Covid-19.

Kami juga sedang mempersiapkan dukungan dana untuk kegiatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Indonesia, serta hibah untuk Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) untuk perlindungan migran berbasis komunitas.

Kami bekerja dalam format "Tim Eropa" yaitu Uni Eropa dan negara-negara anggota Uni Eropa bekerja sama dan memobilisasi dana bersama sejauh memungkinkan. Untuk kawasan Asean secara keseluruhan "Tim Eropa" menyediakan 350 juta euro.

Pandemi ikut menghambat proses perundingan dagang pemerintah dengan sejumlah negara mitra. Salah satunya, perundingan dagang Indonesia-Eropa atau Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA). Bagaimana sebenarnya yang terjadi?

Betul. Putaran ke-10 perundingan CEPA antara Uni Eropa dan Indonesia semula dijadwalkan bulan Maret, namun harus ditunda. Sebagai gantinya, kami menyiapkan konferensi video untuk melanjutkan pembahasan bab-bab tertentu selama beberapa bulan mendatang. Kami sepakat untuk mengadakan putaran perundingan secara lengkap yang berikutnya pada kuartal ketiga tahun ini. Momentum kita tetap baik.

Ada kesan Uni Eropa menghalangi pengembangan nikel Indonesia yang bertujuan untuk energi bersih. Benarkah?

Tidak benar. Uni Eropa menghendaki win-win solution, pengembangan industri mobil listrik di Indonesia dan akses layak terhadap nikel bagi industri baja di seluruh dunia. Hal terakhir ini terkendala dengan adanya kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel dari pemerintah Indonesia. Itulah sebabnya, Uni Eropa telah mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terhadap larangan ekspor tersebut.

Bagaimana peran Uni Eropa dalam pengembangan energi tenaga surya di Indonesia?

Sejumlah perusahaan Uni Eropa siap berinvestasi dalam proyek energi tenaga surya di Indonesia. Mereka tengah menantikan kerangka kerja peraturan yang kondusif dan stabil. Kantor Delegasi Uni Eropa di Indonesia dan Kamar Dagang dan Industri Eropa di Indonesia (EuroCham) sedang menyiapkan beberapa rekomendasi untuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral agar dapat mendorong investasi dalam industri tenaga surya.

S-2


Redaktur : Sriyono

Komentar

Komentar
()

Top