Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pencegahan Penyakit I Virus Campak Sangat Menular

Vaksinasi Campak Harus Capai Target untuk Atasi Wabah

Foto : FABRICE COFFRINI/AFP

KATE O’BRIEN Direktur Imunisasi WHO - Lebih dari 50 negara telah mengalami wabah campak yang besar dan mengganggu pada tahun 2023, dua kali lebih banyak dibandingkan tahun 2022.

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Para pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO), pada Selasa (19/3), mengatakan memberikan vaksinasi kepada anak-anak yang belum mendapat vaksinasi campak selama pandemi Covid-19 sangatlah penting. Hal ini harus dilakukan mengingat wabah campak meningkat di seluruh dunia.

"Lebih dari 50 negara telah mengalami wabah campak yang besar dan mengganggu pada tahun 2023, dua kali lebih banyak dibandingkan tahun 2022," kata Direktur Imunisasi WHO, Kate O'Brien, pada konferensi pers virtual.

Dikutip dari The Straits Times, campak adalah penyakit virus yang sangat menular yang menyebabkan gejala mirip flu dan ruam. Penyakit ini bisa berakibat fatal, tetapi dapat dicegah dengan dua dosis vaksin.

Menurut O'Brien, Covid-19 sangat mengganggu upaya vaksinasi rutin di seluruh dunia, dan sekitar 60 juta anak melewatkan dosisnya selama periode itu.

Dia mengatakan upaya mengejar ketertinggalan sangat penting. "Sekarang yang terjadi adalah perlombaan antara apakah upaya untuk mengejar ketertinggalan dapat terjadi dengan cukup cepat atau apakah wabah akan terus meluas," katanya.

Pada Senin, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat juga mendesak masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi campak di tengah meningkatnya kasus campak secara global.

Para ahli WHO juga mendukung cara-cara baru dalam menggunakan vaksin yang ada untuk mengatasi wabah penyakit lainnya, termasuk penggunaan vaksin mpox yang dibuat oleh Bavarian Nordic untuk anak-anak berisiko di negara-negara Afrika.

Mereka merekomendasikan penggunaan vaksin hepatitis E untuk semua perempuan usia subur dalam konflik dan situasi darurat lainnya. Infeksi ini, yang sebagian besar ditularkan melalui air yang terkontaminasi, bisa sangat berbahaya bagi wanita hamil.

Didukung WHO

Vaksin tersebut, yang dikembangkan oleh Xiamen Innovax Biotech Tiongkok, belum banyak digunakan di luar Tiongkok, meskipun telah didukung oleh WHO untuk digunakan dalam wabah sejak tahun 2015.

"Fokus pada wabah adalah tanda bahwa keadaan normal mulai hidup dengan wabah itu agak mengkhawatirkan," kata Ketua komite ahli vaksin WHO, Hanna Nohynek.

Seperti dikutip dari Antara, praktisi kesehatan spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika, dokter Ni Luh Putu Pitawati menjelaskan perbedaan gejala penyakit cacar monyet, cacar air, dan campak.

Dia menjelaskan cacar monyet, antara lain ditandai dengan gejala berupa demam dengan suhu tubuh lebih dari 38 derajat Celsius serta ruam setelah satu sampai tiga hari.

"Pada cacar air, demam hingga 39 derajat Celsius dengan ruam setelah nol sampai dua hari. Sedangkan campak, demam tinggi hingga 40,5 derajat Celsius dengan ruam setelah dua sampai empat hari," katanya.

Menurut dia, jenis ruam gejala cacar monyet, cacar air, dan campak berbeda. Pada cacar monyet, ruam yang muncul bisa berupa makula (lesi rata dengan warna berbeda dan ukuran hingga 0,5 cm) dan papula (lesi padat dan timbul dengan ukuran hingga 0,5 cm), vesikel (lesi bintik dengan cairan), pustula (lesi mirip luka lepuh berisi nanah), dan krusta (kerak mengering pada luka).

Putu mengatakan cacar monyet menimbulkan jenis ruam yang sama di seluruh anggota tubuh pada fase akut (0-5 hari pertama) maupun fase erupsi (1-3 hari setelah timbul demam).


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top