Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Vaksin Merah Putih UNAIR Memiliki Daya Netralitas Tinggi

Foto : Koran Jakarta/Selocahyo

Dari kiri ke ke kanan, Peneliti utama vaksin Merah Putih UNAIR, Dominicus Husada, Kepala BPOM, Penny K. Lukito, dan Ketua Pengembangan Vaksin Covid-19 UNAIR, Fedik Abdul Rantam, pada acara Kick-Off Uji Klinis Fase 3 Vaksin Merah Putih, di Surabaya, Senin (27/6).

A   A   A   Pengaturan Font

Vaksin Merah Putih UNAIR Memiliki Daya Netralitas Tinggi


SURABAYA - Vaksin Merah Putih yang saat ini tengah dikembangkan oleh Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceutical Indonesia telah memasuki tahap uji klinik fase 3, Senin (27/6).

Ketua Pengembangan Vaksin Covid-19 UNAIR, Fedik Abdul Rantam, menjelaskan, uji klinis fase 3 vaksin dengan platform inactivated virus tersebut, akan dilakukan kepada 4.005 subjek (relawan) yang akan menerima suntikan vaksin tersebut.

Menurut Guru Besar Virologi dan Imunologi ini, vaksin tersebut murni merupakan karya anak bangsa karena dikembangkan dari tahap awal oleh peneliti dan industri farmasi dikembangkan menggunakan Virus SARS CoV-2 yang diisolasi dari pasien COVID-19 di Surabaya.

Benih virus strain B1 yang didapat pada Mei 2020 tersebut, lanjutnya, memiliki empat macam protein immunogenic, tidak hanya satu jenis protein seperti vaksin yang lain, sehingga dapat mengantisipasi perkembangan mutasi berbagau strain virus SARS CoV-2.

"Keempat protein immunogenic tersebut memiliki kemampuan netralisasi yang luar biasa. Mengingat virus SARS CoV-2 dapat berkembang menjadi 3.084 varian, maka dari uji netralisasi dengan beberapa varian, sejauh ini netralitas vaksin masih cukup tinggi, di atas 80," ujarnya dalam acara Kick-Off Uji Klinis Fase 3 Vaksin Merah Putih, di Surabaya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, kelengkapan jenis protein tersebut menjadi keunggulan vaksin dengan platform whole virus (live attenuated atau inactivated).

"Virus SARS CoV-2 memiliki reseptor neuralgin saat menginfeksi saraf manusia, reseptor ini yang tidak ada di vaksin lain, begitu juga dengan protein-protein lain. Memang untuk pengembangan perlu biaya mahal dan waktu, karena harus menemukan poin di mana virus ini stabil," ujarnya.

Peneliti utama vaksin Merah Putih UNAIR, Dominicus Husada, mengatakan, meskipun uji klinik fase sebelumnya belum sepenuhnya selesai, namun tahapan penelitian dapat dilanjutkan secara pararel.

"Data-data penting sudah kita dapat, secara safety baik gejala atau hasil lab baik. Selama fase satuvdan dua tidak ada isuvpernting yang diangkat, dan tidak ada sesuatu yang bisa menggangu fase uji klinis, sehingga bisa dilanjutkan," terangnya.

Direktur Utama Biotis Pharmaceutical Indonesia, FX Sudirman, mengatakan, keberhasilan tim Vaksin Merah Putih UNAIR memasuki tahap uji klinik fase 3 adalah sebuah terobosoan.

"Dengan memasuki uji klinik fase 3 ini, bisa dikatakan masa-masa kritis sudah dilalui. Karena banyak kandidat vaksin yang gugur pada fase 1 atau 2," ungkapnya.

Sudirman menambahkan, tahap uji klinik fase 3 adalah fase akhir dari keseluruhan proses pembuatan sebuah vaksin sebelum mendapat izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Kita berada di ujung tahapan. Fase tiga adalah tahap kesembilan sebelum tahap kesepuluh yakni mendapatkan izin EUA dari BPOM," tuturnya.

Kepala BPOM, Penny K. Lukito, yang turut hadir menambahkan, dengan harapn uji klinik fase 3 sukses, pihaknya akan mendorong agar Vaksin Merah Putih dapat diakui WHO untuk bersaing dengan vaskin dari negara lain.

"Kami berharap vaksin ini nanti tidak hanya sebagai alternatif pilihan untuk vaksin booster dan anak, tapi juga bisa menjadi produk ekspo. Nanti akan kami mintakan namanya yang lebih mengglobal kepada Presiden," pungkasnya.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top