Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Terobosan Medis

Vaksin dan Obat Atasi Kasus Malaria Kritis

Foto : istimewa

Brian Greenwood

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penggunaan obat-obatan yang ada untuk mencegah malaria, terbukti berhasil mengurangi kasus kritis penyakit parasit yang ditularkan oleh nyamuk pada bayi di Afrika sub-Sahara hingga lebih dari 70 persen.

Keberhasilan yang amat dramatis itu dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine edisi Rabu (25/8) lalu.

Keberhasilan langkah pendekatan medis ini berasal dari menggabungkan suntikan penguat (booster) vaksin antimalaria menjelang datang musim hujan dengan obat-obatan pencegahan malaria.

Saat ini tercatat bahwa malaria membunuh lebih dari 400.000 orang per tahun, sebagian besar korbannya adalah bayi berusia di bawah lima tahun.

Penulis senior dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Profesor Brian Greenwood, lewat makalahnya mengatakan bahwa anggota timnya telah menghubungi Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) untuk memperbarui rekomendasi yang mereka keluarkan.

"Vaksin RTS,S, yang dibuat oleh perusahaan farmasi Inggris GSK, dikembangkan lebih dari 20 tahun yang lalu, tetapi hasil dari vaksin ini sendirinya tidak terlalu efektif," kata Greenwood.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan perlindungan vaksin berkurang dari waktu ke waktu dan tingkat kemanjurannya hanya sekitar 30 persen selama kurun waktu tiga sampai empat tahun.

Hasil Dramatis

Karena malaria adalah penyakit di wilayah Sahel dan sub-Sahel, tim kemudian menguji apakah pemberianboostersebelum musim hujan setiap tahun, ketika populasi nyamuk memuncak, akan meningkatkan hasil kemanjurannya.

Uji coba tersebut diikuti sekitar 6.000 anak berusia lima hingga 17 bulan dari Burkina Faso dan Mali selama tiga tahun.

Anak-anak itu dibagi menjadi tiga kelompok yaitu mereka yang hanya menerima obat antimalaria sulfadoksin-pirimetamin dan amodiakuin, mereka yang hanya menerima vaksin RTS,S, dan yang terakhir mereka yang menerima kombinasi vaksin dan obat antimalaria.

Hasilnya, kombinasi vaksin dan obat tersebut merupakan intervensi yang paling efektif yang bisa menurunkan kasus malaria sebesar 63 persen, rawat inap sebesar 71 persen, dan kematian sebesar 73 persen dibandingkan dengan pemberian obat saja.

"(Hasil) itu cukup dramatis," kata Greenwood sembari menekankan bahwa angka-angka ini berada di atas dari pemberian obat yang sudah efektif.

Greenwood memperkirakan bahwa kombinasi dosis vaksinboosterdan obat antimalaria mengurangi rawat inap dan kematian hingga 90 persen dibandingkan tanpa intervensi.

Anak-anak awalnya menerima tiga dosis vaksin untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh utama mereka, kemudian diberiboostersetiap tahun. Vaksin ini bekerja untuk melatih sistem kekebalan terhadap parasit Plasmodium falciparum.

Sedangkan obat antimalaria diberikan selama tiga hari dalam sebulan setiap empat bulan.

Greenwood mengatakan penelitiannya menunjukkan pentingnya bagi pengembangan rencana sesuai dengan kondisi epidemiologi lokal dalam hal ini pemberian vaksin menjelang musim puncak, bukan pada saat tidak ada penularan dan saat dampaknya akan berkurang.

"Semoga (terobosan medis terbaru) ini bisa diterapkan di beberapa negara dan menyelamatkan banyak nyawa orang," pungkas Greenwood. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top