Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penanganan Wabah I Kasus Korona Mingguan Meningkat Tajam

Vaksin Covid-19 RI Segera Selesai Uji Klinis

Foto : Sumber: Covid19.go.id
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Vaksin Covid-19 produksi dalam negeri yang dikembangkan PT Bio Farma bersama Baylor College Medicine segera dapat diselesaikan uji klinis fase akhir.

"Dalam hitungan hari, Bio Farma sebagai pembuat vaksin akan menyerahkan hasil uji klinis tahap 3 ke BPOM, setelah dipastikan sudah melalui tahapan uji klinis 1 dan 2," kata Advisor Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 BUMN, Soedjatmiko, yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (4/8).

Soedjatmiko mengatakan standar uji klinis vaksin dilakukan sesuai ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, yaitu melalui tiga tahapan uji klinis untuk memperoleh Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA). Dia mengatakan uji klinis fase 1 dimulai sejak 16 Februari 2022 memiliki hasil baik.

Uji klinis itu melibatkan total 175 subjek manusia berusia mulai dari 18 tahun untuk mengevaluasi keamanan dan preliminary imunogenisitas vaksin. Seperti dikutip dari Antara, syarat subjek dalam penelitian di antaranya belum pernah mendapatkan vaksin dosis 1 dan 2, serta belum pernah terkena Covid-19.

"Dalam uji klinis fase 1, kami perlu membuktikan bahwa calon dari vaksin ini, aman untuk diberikan kepada masyarakat dan untuk melihat sejauh mana calon vaksin ini bisa memunculkan antibodi yang diharapkan," katanya.

Pada April 2022, BPOM menerbitkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinis (PPUK) fase 2 yang melibatkan sebanyak 360 subjek untuk diamati selama enam bulan. Soedjatmiko mengatakan uji klinik bertujuan membuktikan vaksin Covid-19 buatan Bio Farma aman dan dapat meningkatkan kadar antibodi untuk melawan Covid-19, sehingga dapat melindungi masyarakat dari sakit berat bahkan kematian.

Antibodi Meningkat

Kesimpulan hasil evaluasi sementara, kata Soedjatmiko, hasil uji titer antibodi IgG dan netralisasi, terdapat peningkatan titer antibodi yang signifikan hingga 28 hari setelah vaksinasi kedua. Kemudian, dari sisi evaluasi keamanan, angka kejadian tidak diinginkan hingga 28 hari setelah dosis kedua secara umum tidak berbeda antarkelompok.

Kejadian yang paling umum dilaporkan, yaitu nyeri lokal di sekitar area suntik dan nyeri otot dengan intensitas ringan, tidak ada kejadian dengan intensitas berat. "Hasil pemeriksaan darah rutin dan biokimia menunjukkan nilai dalam batas normal dan tidak terdapat deviasi signifikan hingga tujuh hari setelah dosis pertama," katanya.

Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinik, Rini Mulia Sari, mengatakan uji klinis vaksin bukan hal baru bagi Bio Farma. "Karena kami sudah lebih dari puluhan kali melaksanakan uji klinis, salah satunya saat uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 yang dilaksanakan di Indonesia," katanya.

Sebelumnya, Menteri BUMN, Erick Thohir, mengatakan vaksin pelat merah untuk virus korona kini hampir rampung dan sedang UEA BPOM sebelum diluncurkan ke publik.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan kasus positif Covid- 19 mingguan di Indonesia meningkat tajam hingga 15 kali lipat dalam dua bulan terakhir.

"Kasus positif mingguan di pekan ini tercatat sejumlah 38.000 lebih, sangat tinggi jika dibandingkan dengan awal Juni 2022 yang hanya 2.000 kasus saja," kata dia saat menyampaikan keterangan pers Perkembangan Penanganan Covid-19 yang diikuti dari YouTube BNPB di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan kenaikan kasus positif diiringi dengan peningkatan kasus kematian meski tidak signifikan dibandingkan dengan kenaikan kasus positif.

Pada pekan terakhir terdapat 91 kasus kematian yang meningkat tajam dibandingkan pekan sebelumnya yang berkisar 40 kematian. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, angka kematian menyentuh lebih dari 20 kematian dalam sehari. Sebanyak lima provinsi penyumbang tertinggi kasus positif mingguan bergeser dari pekan sebelumnya.

Pada pekan ini, Kalimantan Selatan menduduki lima provinsi tertinggi mencapai 610 kasus menjadi urutan kelima setelah DKI 19.000 kasus, Jawa Barat 7.000 kasus, Banten 4.000 kasus, dan Jawa Timur 2.000 kasus.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top