Senin, 03 Feb 2025, 01:00 WIB

Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Sebut JETP Program Gagal

Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Sujono Djojohadikusumo - JETP itu gagal, program gagal. Dua tahun berjalan, tetapi tidak satu dolar pun dikucurkan oleh pemerintah AS. Banyak omon-omon ternyata

Foto: antara

Jakarta - Utusan Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Sujono Djojohadikusumo menyatakan bahwa Just Energy Transition Partnership (JETP) merupakan program yang gagal, sebab tidak ada satu dolar AS pun yang dikucurkan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).

“JETP itu gagal, program gagal. Dua tahun berjalan, tetapi tidak satu dolar pun dikucurkan oleh pemerintah AS. Banyak omon-omon ternyata,” ucap Hashim dalam acara bertajuk “ESG Sustainable Forum 2025”, dipantau secara daring dari Jakarta, Jumat (31/1).

Seperti dikutip dari Antara, JETP merupakan kemitraan global untuk mempercepat transisi energi yang adil. JETP bertujuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

JETP adalah inisiatif global yang bertujuan mempercepat transisi energi bersih dengan pendekatan yang adil dan inklusif. Kemitraan ini melibatkan negara-negara maju dan berkembang dalam upaya mengurangi ketergantungan pada energi fosil, terutama batu bara, sekaligus memastikan dampak sosial dan ekonomi yang minimal bagi masyarakat terdampak.

Program tersebut pertama kali diperkenalkan pada COP26 tahun 2021, dengan Afrika Selatan sebagai negara pertama yang mendapat dukungan dalam skema ini. Sejak itu, model JETP diperluas ke negara lain, termasuk Indonesia, Vietnam, dan Senegal, yang memiliki ketergantungan tinggi pada energi berbasis fosil.

Dengan keluarnya Amerika Serikat dari Perjanjian Iklim Paris atau Paris Agreement, Hashim meyakini bahwa hibah dari Amerika Serikat melalui JETP pun akan dihapus oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

“Jadi, saya kira, jangan berharap deh (pembiayaan) 20 miliar dolar AS,” ucap Hashim.

Komitmen Pendanaan

Pada G20 Bali 2022, Indonesia secara resmi menjadi bagian dari JETP dengan komitmen pendanaan sebesar 20 miliar dollar AS dari negara-negara donor dan lembaga keuangan internasional.

Dana ini ditujukan untukmempercepat pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara, meningkatkan investasi dalam energi terbarukan, dan memastikan transisi yang adil bagi pekerja dan komunitas yang bergantung pada industri batu bara.

Pendanaan JETP terjalin antara Indonesia dengan negara-negara maju yang tergabung dalam International Partners Group (IPG), yang mulanya dipimpin oleh AS dan Jepang dan beranggotakan Denmark, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Norway, Prancis dan Uni Eropa.

Redaktur: Andreas Chaniago

Penulis: Eko S

Tag Terkait:

Bagikan: