Utang Luar Negeri RI Sudah Mencemaskan
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dalam keterangan tertulisnya mengatakan utang luar negeri pada akhir tahun itu tumbuh 3,5 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 3,9 persen.
"Melambatnya pertumbuhan utang luar negeri disebabkan perlambatan pertumbuhan utang swasta," kata Erwin.
Sedangkan ULN pemerintah sebesar 206,4 miliar dollar AS atau tumbuh 3,3 persen yoy karena terjaganya kepercayaan investor sehingga mendorong masuknya aliran modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Selain itu, penarikan sebagian komitmen pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Belanja Prioritas
BI menilai utang pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas, di antaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan alokasi sebesar 23,9 persen dari total ULN pemerintah. Selebihnya, untuk sektor konstruksi 16,7 persen, jasa pendidikan 16,7 persen, dan administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 11,9 persen, serta jasa keuangan dan asuransi 11,1 persen.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya